Senin 09 Oct 2023 09:02 WIB

Petugas Medis dan Ambulans Gaza Jadi Target Serangan Pasukan Israel

Dua ambulans terkena serangan udara Israel di Kota Jabalia, Gaza utara.

Rep: Mabruroh/ Red: Yusuf Assidiq
Polisi Hamas berdiri dekat bangunan yang hancur di Yazegi usai terkena serangan udara Israel, di Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Polisi Hamas berdiri dekat bangunan yang hancur di Yazegi usai terkena serangan udara Israel, di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Dalam sebuah peperangan, umumnya para medis termasuk ambulans adalah satu hal yang tidak boleh diserang, karena ini etika perang. Namun, Israel tidak pernah mengindahkan hukum ini, para medis kerap berguguran saat konflik Israel-Palestina membara.

“Dua petugas medis tewas setelah ambulans Kementerian Kesehatan terkena serangan udara Israel di Gaza utara pada hari Sabtu,” kata juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, Nebal Farsakh dilansir dari New Arab, Senin (9/10/2023).

Itu datang di tengah eskalasi mematikan antara Hamas dan Israel yang dipicu ketika pejuang Palestina meluncurkan operasi kejutan di dalam wilayah Israel pada Sabtu. Pertempuran telah menewaskan ratusan orang di Israel dan Gaza.

Juru bicara Bulan Sabit Merah Nebal Farsakh mengatakan dua ambulans Kementerian Kesehatan terkena serangan udara Israel di Kota Jabalia di Gaza utara pada Sabtu. Ini telah mengakibatkan sejumlah korban cedera dan kematian.

"Kami dapat mentransfer dua korban jiwa. Mereka (dari) tim medis dari dua ambulans itu." Salah satu yang tewas adalah mantan sukarelawan Bulan Sabit Merah.

“Rekan-rekan kami terkejut ketika mereka melihat mantan kolega mereka meninggal," kata Farsakh.

Ia mengatakan tim Bulan Sabit Merah mempertaruhkan nyawa mereka dan bahwa organisasi tersebut telah mendokumentasikan empat pelanggaran oleh pasukan Israel terhadap misi medisnya di Gaza.

Satu ambulans Bulan Sabit Merah diduga juga terkena amunisi hidup. Farsakh mengatakan yang lain rusak parah setelah serangan udara terjadi di dekat posisinya. Dua anggota staf terluka, termasuk seorang sukarelawan yang dalam kondisi kritis.

Dua bangunan juga diduga rusak setelah serangan udara melanda di dekatnya.

"Situasi di Gaza benar-benar berbahaya. Ini adalah daerah yang sangat padat penduduknya. Dalam serangan apa pun atau serangan apa pun, benar-benar warga sipil dan misi medis juga menjadi target," kata Farsakh

"Kami menghadapi tantangan besar dalam menjalankan peran kemanusiaan kami di Gaza. Tim kami bekerja di bawah kondisi yang parah dan berbahaya," katanya menambahkan.

Kantor berita resmi Palestina, Wafa, melaporkan pasukan Israel menembakkan rudal ke ambulans Bulan Sabit Merah di luar rumah sakit di Gaza selatan pada Sabtu, menyebabkan beberapa luka, tetapi Farsakh mengatakan kendaraan itu milik kementerian kesehatan.

Bulan Sabit Merah memiliki sekitar 28 ambulans yang berfungsi di Gaza dengan 10 ambulans lainnya dalam keadaan siaga. Organisasi ini juga memiliki sekitar 96 paramedis dan responden pertama yang bekerja di lapangan.

Farsakh menyerukan koridor kemanusiaan yang akan dibuka untuk memungkinkan bantuan dan pasokan medis memasuki Gaza dan membiarkan pasien dalam kondisi kritis menerima perawatan mendesak di luar kantong yang kekurangan sumber daya.

Ada kekurangan makanan untuk warga sipil, katanya, menambahkan bahwa ada bahaya rumah sakit bisa mulai kekurangan pasokan medis.

Hari paling kejam

Mahmoud Shalabi, manajer program senior di Gaza untuk badan amal Medical Aid for Palestinians (MAP) yang berbasis di Inggris, mengatakan rumah sakit di jalur itu kewalahan dengan mayat dan korban.

“Kemarin (Sabtu) adalah salah satu hari paling kejam yang pernah kami saksikan di Gaza, dengan rumah sakit diliputi oleh korban dalam beberapa jam," katanya.

"Inilah mengapa MAP merilis segala sesuatu di stok pra-posisi kami, dan bekerja untuk memastikan kami dapat terus menyediakan persediaan dasar yang dibutuhkan tim medis untuk menyelamatkan nyawa."

Shalabi mengatakan bangunan tempat tinggal sedang dihancurkan, menyebabkan sekitar 20 ribu orang mengungsi secara internal.

"Jalanan kosong dan orang-orang takut yang terburuk belum datang di tengah semua dukungan internasional yang dimiliki Israel saat ini," tambahnya. MAP telah mengeluarkan permohonan darurat karena menanggapi situasi di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement