Selasa 24 Jan 2023 15:50 WIB

Pemanfaatan Hutan Lahan Miring Penting Perhatikan Jenis Tanaman

Harus diperhatikan persentase tegakan atau pohon penahan air.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, melakukan panen jagung di lahan diversifikasi pertanian Perum Perhutani Divre Jawa Tengah, di petak 49 Hutan Jragung, wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Selasa (24/1).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha, melakukan panen jagung di lahan diversifikasi pertanian Perum Perhutani Divre Jawa Tengah, di petak 49 Hutan Jragung, wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Selasa (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemanfaatan kawasan hutan untuk diversifikasi pertanian harus mempertimbangkan tanaman penahan air. Terutama untuk penanaman pada lahan dengan kemiringan tertentu.

Sehingga, kegiatan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mendorong perekonomian tersebut juga dapat berjalan linier dengan upaya-upaya untuk menjaga dan memperkuat daya dukung lingkungan.

“Khususnya dalam mencegah tanah longsor,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada acara Penanaman Jagung Program Kemitraan dalam Mendukung Ketahanan Pangan yang dilaksanakan Polda Jateng, di Petak 49 Lahan Perhutani wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Selasa (24/1/2023).

Gubernur mengapresiasi jajaran Polda Jateng, dalam hal ini Satgas Pangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jateng, yang menginsisiasi program kemitraan untuk mendukung ketahanan pangan ini.

Termasuk juga Perum Perhutani Divre Jateng yang menyediakan lahan hutan tebang seluas 15,6 hektare di untuk penanaman jagung dengan melibatkan dan memberdayakan para petani.

Menurutnya, langkah kemitraan ini menjadi penting, terlebih dalam kegiatan ini juga melihatkan swasta sebagai offtaker. Sebab jika berbicara komoditas jagung, fluktuasi harganya memang cukup menarik.  

“Jagung sebenarnya banyak, tetapi ketika sangat dibutuhkan pada saat-saat tertentu justru ‘hilang’, karena tidak ada upaya untuk membuat produksi jagung ini lebih sustain (berkelanjutan),” tegasnya.

Oran nomor satu di Provinsi Jateng ini pun memberikan beberapa catatan, yakni masih banyak lahan ‘tidur’ atau lahan yang tidak produktif karena tidak dimanfaatkan.

“Maka saya titip, dihitung betul mana lahan yang selama ini tidur dan bisa dimanfaatkan dan  dikerjasamakan dengan petani, agar lahan-lahan tersebut lebih produktif dan dapat dioptimalkan," tegasnya.

Kalau hari ini warga/pemuda desa butuh pekerjaan bisa dilatih untuk membantu mengoptimalkan program kemitraan ini. Pemerintah Provinsi Jateng melalui dinas terkait, juga  BUMN, bisa dilibatkan untuk membantu memberikan pelatihan.

Sehingga, ketika teknis menanam dan membudidyakan sudah dikuasai, maka di kawasan dengan  kemiringan ekstrim, petani juga diminta memberikan perhatian lebih kepada faktor-faktor penyebab longsor.

Gubernur mengingatkan ini karena sebelumnya pemanfaatan kawasan hutan milik Perhutani untuk lahan pertanian di wilayah Pegunungan Kendeng tidak memperhatikan persentase tegakan atau pohon penahan air.

Hampir 90 persen lahan hanya ditanami jagung tanpa ada tumbuhan keras sama sekali. “Saya ingatkan itu karena sudah terjadi di Pegunungan Kendeng wilayah Pati dan Grobogan. Sehingga waktu hujan terjadi banjir dan longsor,” ujar dia.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement