Kamis 03 Nov 2022 09:31 WIB

Khofifah: Desa Devisa di Jatim Terbanyak se-Indonesia

Khofifah berharap kuota desa devisa di Jatim dari LPEI semakin ditambah.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan pelaku UMKM ketika mengunjungi stan pameran produk UMKM pada East Java Export Festival 2022 di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/11/2022). Kegiatan tersebut diisi dengan pameran UMKM, peresmian desa devisa, dan pelepasan produk ekspor ke negara Belanda, Korea Selatan, dan Jepang guna meningkatkan neraca perdagangan Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Rizal Hanafi
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan pelaku UMKM ketika mengunjungi stan pameran produk UMKM pada East Java Export Festival 2022 di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/11/2022). Kegiatan tersebut diisi dengan pameran UMKM, peresmian desa devisa, dan pelepasan produk ekspor ke negara Belanda, Korea Selatan, dan Jepang guna meningkatkan neraca perdagangan Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur (Jatim)Khofifah Indar Parawansa menyebut desa devisa di provinsi yang dipimpinnya terbanyak se-Indonesia.

"Kami berharap dengan bertambahnya desa devisa di Jatim bisa meningkatkan kinerja ekspor, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Khofifah melalui keterangan tertulisnya di Surabaya, Kamis (3/11/2022).

Baca Juga

Sehari sebelumnya mantan menteri Sosial itu bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) meresmikan enam desa devisa baru di Jatim meliputi Desa Parengan yang memproduksi tenun ikat di Kabupaten Lamongan, Desa Punjung (Olahan Jahe) di Kabupaten Pacitan, Desa Minggirsari (Kendang Jimbe) di Kabupaten Blitar, Desa Ngubalan (Kerajinan Akar Jati) di Kabupaten Ngawi.

Selain itu dua desa di Kabupaten Tuban, yang masing-masing memproduksi batik di Desa Margorejo dan Tenun Gedog di Desa Kedungrejo.

Sebelum penambahan enam desa devisa tersebut, telah ada pendampingan LPEI pada 22 desa devisa di Jatim.

Gubernur mengaku optimistis akan mampu meningkatkan kinerja ekspor di Jatim, utamanya dari pengusaha yang berbasis UMKM, yang dampaknya meningkatkan kesejahteraan para perajin.

"Tujuan utama desa devisa adalah untuk mengeskalasi pasar produk lokal untuk bisa ekspor," ujar dia.

Untuk itu, lanjut dia, di setiap desa devisa disediakan mentor-mentor ahli yang akan mendampingi pelaku usaha agar bisa meningkatkan daya saing sehingga produknya laku di pasar ekspor.

"Melalui program desa devisa, bisa kami petakan dan prioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk komplementer. Dengan begitu dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Khofifah.

Ke depan, Khofifah berharap kuota desa devisa di Jatim dari LPEI semakin ditambah, karena secara tidak langsung merupakan jembatan produk lokal untuk menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan nasional.

"Ini ikhtiar kami bersama dalam mendukung agar bisa tercapai perluasan pasar dan peningkatan daya saing dari produk-produk UKM dan IKM kita hingga ke pasar global," kata dia.

Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI Chesna F Anwar memastikan desa devisa di Jatim adalah yang terbanyak di Indonesia.

"Ini merupakan desa devisa terbanyak di Indonesia. Dari segi pembiayaan ekspor segmen UMKM, LPEI telah menyalurkan pembiayaan ekspor Rp5,4 triliun per Juni 2022," kata Chesna.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement