Jumat 25 Feb 2022 15:28 WIB

Upaya Mengenalkan Sejarah Banyumas Lewat 'Serial Babad Banyumas'

Sebanyak 22 buku ini diluncurkan pada Hari Jadi Kabupaten Banyumas ke-451.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Buku Serial Bacaan Babad Banyumas.
Foto: Dokumen.
Buku Serial Bacaan Babad Banyumas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Bagi budayawan Banyumas, NasSirun PurwOkartun, Babad Banyumas bukan hanya kumpulan kisah, tapi juga sehimpun hikmah. Bila naskah Babad Banyumas dipahami sebagai kumpulan kisah, maka yang didapat pembaca hanya cerita-cerita saja.

"Namun apabila dimaknai sebagai himpunan hikmah, maka pembaca mendapatkan banyak pencerahan setelah membaca kisahnya," ujar NasSirun di Bale Pustaka, Banyumas, Jawa Tengah.

Dengan pandangan itulah, NasSirun PurwOkartun kemudian menyusun Serial Babad Banyumas, sebuah karya berupa 50 judul buku bacaan untuk seluruh lapisan usia, dari belia sampai manula.

Sebanyak 22 buku Serial Bacaan Babad Banyumas ini diluncurkan pada Hari Jadi Kabupaten Banyumas ke-451 pada 22 Februari 2022. Dengan angka cantik 22.2.22 sebagai tema acara, diundang 22 remaja untuk membedahnya, dengan durasi waktu sepanjang dua jam 22 menit.

Pemimpin Rumah Budaya Bale Pustaka itu ingin menjadikan Babad Banyumas sebagai bacaan masyarakat Banyumas. Namun, yang lebih penting lagi adalah agar bisa menjadi bacaan generasi muda, terutama anak-anak usia sekolah.

Kang Nass, begitu nama sapaannya, menginginkan kisah Babad Banyumas bisa menjadi buku bacaan yang tersedia di seluruh perpustakaan sekolah di Banyumas. Hingga pewarisan kisah yang dulu dilakukan orang-orang tua dengan menjadikannya dongeng sebelum tidur, sekarang dilakukan lagi di sekolah-sekolah.

"Bedanya, kalau zaman dulu didongengkan langsung oleh kakek nenek dan ayah ibunya, sekarang diceritakan kembali dalam bentuk buku-buku bacaan," ujar Kang Nass.

Ia kemudian menulis dan menerbitkan Serial Bacaan Babad Banyumas yang diperuntukkan bagi siswa-siswa di sekolah, sejak usia TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi.

Serial bacaan ini disusun karena menurutnya buku Babad Banyumas terjemahannya, belum bisa masuk ke perpustakaan sekolah-sekolah. Serial Rujukan yang diluncurkan pada Hari Jadi Banyumas ke 450 tahun lalu, belum bisa menjadi bacaan siswa.

Karena ukurannya yang besar dan halaman yang tebal, serta bahasa terjemahan yang memang ditujukan untuk pembaca dewasa. Maka, untuk lebih 'membumikan' Babad Banyumas, ia menyusun Serial Bacaan Babad Banyumas, yang dibahasakan sesuai dengan jenjang usia pembacanya, dari siswa PAUD sampai mahasiswa.

Untuk siswa PAUD dikemas menjadi buku cerita sekaligus buku aktivitas menggunting dan mewarnai. Teks naskahnya pendek-pendek, hanya satu dua kalimat, dengan huruf besar dan ilustrasi sepenuh halaman. Selain itu ada juga buku untuk para guru atau orang tua sebagai bekal mendongeng.

Berikut dengan peraga wayang dongeng agar mendongeng semakin mengasyikkan. Untuk siswa SD kelas 1 sampai 3, dikemas menjadi buku cergam atau cerita bergambar. Teks ditulis dalam tiga bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Banyumasan, dan Bahasa Inggris.

Untuk siswa SD kelas 4 sampai 6, bentuknya bukan lagi cergam, melainkan buku cerita. Ada empat buku dengan pengisahan sejak awal mula Banyumas, awal mula keris pusaka Banyumas, awal mula berdirinya Banyumas, dan kisah pendiri Banyumas.

Untuk siswa SMP, naskah Babad Banyumas dialihbahasakan dengan penuturan kisah yang menyentuh perasaan dan pemikiran. Untuk siswa SMA, naskah Babad Banyumas dikisahkan seutuhnya, tidak lagi potongan seperti cerita untuk siswa PAUD, SD, atau SMP. Bacaanya dikemas menjadi semacam Babad Banyumas untuk remaja.

Terdiri dari dua buku, Cerita Rakyat Banyumas dan Kisah Sejarah Banyumas. Sementara untuk mahasiswa, ada tiga buku yang menjadi bacaan mereka. Buku yang pertama, adalah Terjemah Naskah Babad Banyumas Mertadiredjan, buku kedua adalah Terjemah Naskah Babad Banyumas Wirjaatmadjan, dan buku gabungannya adalah Sejarah Banyumas.

Keteladanan para leluhur

Ketiga buku ini merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari naskah asli yang berbahasa Jawa. Dengan menjadikan Babad Banyumas sebagai serial bacaan, Kang Nass berharap, pembaca tidak hanya membaca cerita, namun bisa mengeja maknanya.

Dengan mengenalkan kisah-kisah para leluhur Banyumas, mereka bisa mendapat gambaran tentang sifat dan karakter masing-masing tokohnya. Misalnya keteladanan Raden Jaka Kaiman, sang pendiri Banyumas. Semasa mudanya Jaka Kaiman berani mengambil keputusan tepat dan cepat di saat yang sulit.

Juga tentang sifat filantropi yang demikian mulia, rela membagi wilayah kekuasaannya, hingga dikenal sebagai Adipati Mrapat. "Karakter luhur dari para leluhur Banyumas di dalam babad ini diharapkan bisa menjadi teladan generasi muda Banyumas," kata Kang Nass.

Menurut Kang Nass, apabila sejak kecil para generasi muda telah mengetahui kisahnya dan mengenal namanya, mereka akan tertarik meniru karakternya. Babad Banyumas diharapkannya tidak hanya sekadar sebagai bacaan, namun menjadi bahan pembentukan karakter khas manusia Banyumas, karakter berbudi mulia yang ditiru dari para pendahulunya.

"Dengan diluncurkannya serial bacaan itu, semoga generasi muda makin kenal Babad Banyumas. Makin kenal dengan leluhurnya dan menjadikannya teladan sifat dan sikap, hingga lahirlah generasi Banyumas yang berkarakter khas Banyumas," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement