Kamis 03 Jun 2021 11:44 WIB

Dua Ledakan di Kabul, Ganggu Pasokan Listrik Afghanistan

10 tewas dalam ledakan kembar Kabul, pasokan listrik terganggu di seluruh Afghanistan

Personel keamanan Afghanistan memeriksa lokasi ledakan bom di Kabul pada Selasa malam (31/5).
Foto: Arabnews.com
Personel keamanan Afghanistan memeriksa lokasi ledakan bom di Kabul pada Selasa malam (31/5).

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Sedikitnya 10 warga sipil tewas dalam ledakan berturut-turut di daerah yang didominasi Syiah di ibu kota Afghanistan, Kabul. Sementara bagian lain negara itu mengalami pemadaman listrik setelah menara listrik diledakkan dalam insiden terpisah.

Menurut pernyataan pejabat di Kabul pada hari Rabu mengatakan,  ledakan pertama, yang terjadi pada Selasa malam. Ini menargetkan sebuah minibus di barat daya Kabul, dekat kediaman Mohammed Mohaqiq, seorang penasihat Presiden Ashraf Ghani. Kejadian ini menewaskan enam orang yang berada di dalamnya.

"Peristiwa itu diikuti oleh ledakan kedua di daerah lain di ibu kota. Kali ini terjadi pada kendaraan yang membawa warga sipil. Empat orang tewas," Tariq Arian, juru bicara kementerian dalam negeri, mengatakan kepada Arab News.

Kedua ledakan itu dilakukan dengan menggunakan bom lengket, perangkat standar yang digunakan di sebagian besar serangan di Kabul dan kota timur Jalalabad selama lebih dari satu tahun. Dan ini menjadi pertanda terbaru meningkatnya ketidakamanan di tengah penarikan berkelanjutan pasukan asing pimpinan AS dari negara itu.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban, dengan tegas membantah hubungan Taliban dengan serangan itu. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan hari Selasa, yang terjadi kurang dari sebulan setelah hampir 100 orang, kebanyakan siswa perempuan, tewas dalam beberapa ledakan di luar sekolah mereka di lingkungan Dasht-e-Barchi yang didominasi Syiah.

Daerah Dasht-e-Barch di mana ledakan terjadi adalah rumah bagi komunitas besar Syiah dari etnis minoritas Hazara. Wilayah ini yang menjadi target Daesh di masa lalu.

Kelompok militan itu juga mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kaum Syiah di bagian lain Afghanistan, termasuk Kabul, dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika para pejabat menganalisis akibat ledakan hari Selasa, penyerang tak dikenal meledakkan sebuah menara di daerah yang dikuasai pemerintah di Kabul utara, memutus pasokan listrik ke beberapa bagian negara itu.

“Kami tidak tahu kapan kami dapat memperbaiki tiang dan memulihkan pasokan listrik lagi,” Sangar Niazai, juru bicara departemen listrik Afghanistan, mengatakan kepada Arab News.

Setidaknya ada tujuh serangan serupa terhadap menara listrik dalam sebulan terakhir, khususnya di utara Kabul,. Dan ini meningkatkan tekanan pada pemerintah yang sedang berjuang untuk menahan keuntungan militer oleh Taliban.

Kelompok itu telah merebut distrik-distrik strategis di beberapa provinsi, termasuk di dekat Kabul, sejak 1 Mei, ketika Washington mulai menarik pasukannya yang tersisa dari Afghanistan.

Taliban mengklaim telah menyerbu situs militer karena ratusan tentara dilaporkan membelot untuk bergabung dengan kelompok itu di daerah-daerah kritis, termasuk provinsi Maidan Wardak, Laghman timur, Baghlan utara, Ghazni, dan Helmand.

“Mereka yang datang dengan senjata  yang merupakan milik tentara, polisi, dan militan lokal. Kami telah menyambut mereka,” kata Mujahid kepada Arab News.

Namun, juru bicara kementerian dalam negeri mengatakan sementara pasukan pemerintah memang memang membuat beberapa taktik mundur taktis dari beberapa distrik." Namun kami memiliki kehadiran di daerah-daerah, dan Taliban telah menderita kerugian besar," kata Arian, bersama dengan pejabat dari kementerian pertahanan sembari menolak untuk menyebutkan jumlah distrik yang telah diambil alih oleh Taliban atau berapa banyak pasukan Afghanistan yang telah bergabung dengan gerakan tersebut.

“Fokus serangan Taliban adalah di jalan-jalan menuju Kabul, memotong jalur pasokan pemerintah, dan membangun tekanan sementara pemerintah menghadapi tantangan dengan demoralisasi, pembelotan dan kekurangan sumber daya,” kata seorang jenderal senior militer, yang meminta agar tidak disebutkan namanya kepada Arab News.

Namun, para ahli mengatakan bahwa kepergian pasukan asing dipastikan akan merampas dukungan udara penting pihak Kabul untuk menyerang posisi Taliban. Akibatnya, akan memungkinkan gerilyawan untuk segera mengepung lebih banyak kota.

“Sementara para pemimpin pemerintah terkunci dalam perebutan kekuasaan, strategi Taliban adalah memotong jalan yang berfungsi sebagai jalur arteri ekonomi, membangun tekanan pada pasukan pemerintah, terutama di dekat Kabul. Selain itu mereka menunggu lebih banyak pembelotan yang pada akhirnya akan membawa mereka ke kemenangan total atau untuk berada di atas angin selama negosiasi perdamaian di masa depan,” kata Taj Mohammed, seorang analis yang berbasis di Kabul.

 “Itu adalah taktik yang sama yang digunakan oleh pasukan Mujahidin melawan pemerintahan sebelumnya setelah penarikan pasukan Uni Soviet dari sini pada 1990-an,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement