Rabu 25 Nov 2020 17:48 WIB

Saat-Saat Sekarat Menjelang Ajal Menjemput

Kematian memiliki sekarat.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Saat-Saat Sekarat Menjelang Ajal Menjemput. Foto ilustrasi: Sahabat Nabi yang meninggal karena wabah penyakit (Ilustrasi).
Foto: Dok Republika.co.id
Saat-Saat Sekarat Menjelang Ajal Menjemput. Foto ilustrasi: Sahabat Nabi yang meninggal karena wabah penyakit (Ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kematian benar-benar memiliki saat-saat sekarat. Ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya.

Menurut Syekh Majdi Muhammad asy-Syahawi dalam bukunya berjudul Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah, disebutkan dalam hadits Shahih Bukhari, Ummul Mukminin Aisyah RA meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW sakit menjelang wafatnya, di hadapan beliau diletakkan sebuah wadah kulit atau kaleng berisi air. Mulailah beilau memasukkan tangannya ke dalamnya dan membasuh wajahnya, lalu bersabda, "La Ilaha Ilallah. Kematian benar-benar memiliki saat-saat sekarat."

Baca Juga

Allah SWT berfirman dalam surat Qaf ayat 19:

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ  

Wa jā`at sakratul-mauti bil-ḥaqq, żālika mā kunta min-hu taḥīd  

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.Allah juga berfirman dalam surat Al-An'am ayat 93:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِىَ إِلَىَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَىْءٌ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثْلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَٰتِهِۦ تَسْتَكْبِرُونَ

Wa man aẓlamu mim maniftarā 'alallāhi każiban au qāla ụḥiya ilayya wa lam yụḥa ilaihi syai`uw wa mang qāla sa`unzilu miṡla mā anzalallāh, walau tarā iżiẓ-ẓālimụna fī gamarātil-mauti wal-malā`ikatu bāsiṭū aidīhim, akhrijū anfusakum, al-yauma tujzauna 'ażābal-hụni bimā kuntum taqụlụna 'alallāhi gairal-ḥaqqi wa kuntum 'an āyātihī tastakbirụn

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya," padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu." Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Menurut Syekh Majdi, firman-Nya, "Berada dalam tekanan sakratul maut," berarti  saat-saat sekarat, kepedihan dan kesakitan menjelang kematian.

Dan firman-Nya, "Sedang pada malaikat memukul dengan tangannya," maksudnya untuk memukul dan menyiksa mereka agar nyawa-nyawa mereka keluar dari jasad-jasad mereka. Sebab, ketika orang kafir menjelang kematiannya, para malaikat mengancam mereka dengan azab, hukuman, belenggu, rantai, api neraka, dan air mendidih serta kemurkaan ar-Rahman. Sehingga, ruhnya kocar-kacir di dalam jasad dan menolak untuk keluar dari sana.

Maka, para malaikat memukulnya sampai ia keluar dari jasad sambil berkata kepadanya, "Keluarkanlah nyawamu, di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar."

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗوَالَّذِيْنَ يَبْتَغُوْنَ الْكِتٰبَ مِمَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوْهُمْ اِنْ عَلِمْتُمْ فِيْهِمْ خَيْرًا وَّاٰتُوْهُمْ مِّنْ مَّالِ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اٰتٰىكُمْ ۗوَلَا تُكْرِهُوْا فَتَيٰتِكُمْ عَلَى الْبِغَاۤءِ اِنْ اَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوْا عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَمَنْ يُّكْرِهْهُّنَّ فَاِنَّ اللّٰهَ مِنْۢ بَعْدِ اِكْرَاهِهِنَّ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.

(QS. An-Nur ayat 33)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement