REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) membuka mata masyarakat Indonesia terhadap bahaya kerusakan lingkungan. Hal itu mendorong sekumpulan pecinta alam yang terdiri dari berbagai profesi dan lintas generasi mendirikan organisasi Green Merah Putih, yang fokus berbagai aksi dalam menyelamatkan lingkungan.
Inisiator Green Merah Putih Fauzan Rachmansyah mengatakan, bencana yang terjadi di berbagai wilayah, termasuk Pulau Sumatera merupakan peringatan serius. Dia pun mendorong adanya kerja keras dan perjuangan dari berbagai pihak untuk segera melakukan aksi penyelamatan lingkungan.
"Kami berkumpul untuk mendirikan gerakan Green Merah Putih, mengajak semua pihak, termasuk Bapak Presiden untuk mengeluarkan Peraturan presiden yang bisa ditaati pihak kementrian, BUMN, pemda, BUMD dan pihak swasta untuk menjalankan program sustainability dan environment dari 4 persen keuntungannya," katanya diskusi mengenai lingkungan hidup di Space Available, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (9/12/2025).
Selain itu, ia mengingatkan masyarakat untuk lebih sadar tentang lingkungan di kehidupan sehari-hari. Fauzan menyebut, perbaikan kerusakan lingkungan membutuhkan anggaran yang sangat besar. Negara tidak akan sanggup jika masyarakat dunia dan swasta tidak ikut berpartisipasi dalam perbaikan lingkungan.
"Kementerian Keuangan tahun 2024 mengatakan Indonesia butuh Rp 4.000 triliun untuk menangani masalah perubahan iklim. Sementara itu, anggaran Kementerian Lingkungan Hidup hanya Rp 1,4 triliun, kalau dipakai Rp 1 triliun saja butuh waktu 4.000 tahun untuk menyelesaikan, ini juga tidak ada solusinya kalo hanya bersandar pada anggaran," ucap Fauzan.
Oleh karena itu, sambung dia, sudah saatnya semua bergerak memperbaiki kerusakan lingkungan, demi kelangsungan hidup generasi mendatang. "Tidak ada alasan untuk kita tidak memperjuangkan lingkungan yang baik buat masa depan dunia dan generasi mendatang. Itu sangat penting," kata Fauzan.