REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH — Masyarakat Aceh Tengah menempuh perjalanan kaki menuju Kota Lhokseumawe untuk mencari beras karena masih terisolir akibat akses jalan nasional putus pascabencana banjir bandang dan tanah longsor.
Salah seorang warga Takengon, Ibu Kota Aceh Tengah, Roni (43), menceritakan, ia bersama istrinya menempuh perjalanan penuh tantangan ke Lhokseumawe hanya demi membeli beras dan bahan sembako, bahan bakar minyak (BBM) dan lainnya."Sebelumnya kami satu hari sudah tidak masak di rumah, tidak ada apapun lagi. Akhirnya terpaksa nekat pergi belanja ke Lhokseumawe," kata Roni.
Dia mengatakan, pascabencana, ruas jalan Kereta Api sebagai satu-satunya akses terdekat menuju Kota Lhokseumawe telah lumpuh total. Banyak titik jalan amblas tergerus banjir dan tertimbun longsor.
Dari Takengon, ia menaiki sepeda motor sampai ke Kampung Buntul Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, dan menitipnya di rumah warga dengan membayar Rp10 ribu.
Kemudian, ia baru berjalan kaki dari Buntul sampai ke Kampung Kem Kecamatan Permata, Bener Meriah, menghabiskan waktu selama 2,5 jam pergi. Saat kembali, dia harus menempuh selama lima jam lebih karena sudah membawa beban.
"Lalu, dari Kampung Kem, naik ojek warga dengan membayar Rp20 ribu sampai ke Kampung Buntul Sara Ine, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah,"ujar dia.
Dari sana, dia kemudian mengganti ojek untuk menuju ke kawasan Gunung Salak. Tarif ojek dari tempat tersebut menuju perbatasan Lhokseumawe-Bener Meriah sebesar Rp100 ribu."Dari situ dijemput sama keluarga langsung ke Lhokseumawe,"kata dia.