Selasa 02 Dec 2025 21:31 WIB

Penyintas Banjir Aceh: Kayu Gelondongan Turun Tiba-tiba dari Gunung

Desa-desa yang tak pernah kena banjir ikut tenggelam kali ini.

Rep: Lintar Satria/ Red: Fitriyan Zamzami
Warga Desa Lhok Ang, berdiri di antara tumpukan gelondongan kayu yang hanyut bersama banjir bandang di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Selasa (2/12/2025).
Foto: Lintar Satria/Republika
Warga Desa Lhok Ang, berdiri di antara tumpukan gelondongan kayu yang hanyut bersama banjir bandang di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Selasa (2/12/2025).

Laporan wartawan Republika, Lintar Satria, dari Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Petani Desa Lhok, Pidie Jaya, Aceh, Rachmadi harus menahan lapar selama tiga hari, sementara dahaga ia puaskan dengan air hujan. Keluarga Kepala Desa Lhok itu terjebak banjir bandang. Beruntung, rumahnya dua lantai, keluarga Rachmadi dapat menyelamatkan diri ke lantai atas saat banjir bandang menerjang.

Baca Juga

Rachmadi yakin banjir lumpur setinggi 2 meter yang menelan desanya merupakan bencana terparah yang pernah melanda wilayah tersebut. Kerugian besar melanda sektor pertanian dan properti, dengan enam rumah dilaporkan hilang tanpa bekas.

Ada beberapa keluarga yang tinggal di rumah Rachmadi. Selain bersama istri dan empat anaknya, rumah itu juga dihuni keluarga kakak dan keluarga seorang ustad. Kakaknya merupakan pasien cuci darah. Rachmadi tidak menyebutkan penyakit apa, tapi saat banjir menerjang persediaan oksigen di rumahnya habis.

"Abang kandung saya meninggal di rumah. Dia pasien cuci darah. Kena giliran cuci hari Rabu itu. Sesak dia. Oksigen yang ada di rumah habis," katanya saat ditemui di Meunasah Lhok yang menjadi tempat pengungsian sementara, Senin (1/12/2025).

Setelah bertahan selama tiga hari, keluarga Rachmadi akhirnya berhasil keluar meski tidak ada yang mengevakuasi. Mereka menginjak kayu gelondongan yang berserakan setelah hujan yang mengguyur Pidie Jaya selama tiga hari berturut mulai mereda.

Rachmadi dan ustaz yang tinggal di rumahnya juga memiliki bayi saat banjir menghantam. Masing-masing berusia 20 dan 21 hari. Setelah berhasil keluar dari isolasi, Rachmadi mengungsikan keluarganya ke rumah mertuanya. 

photo
Para pengungsi banjir Pidie Jaya, Aceh, tinggal sementara di meunasah kampung. Sekitar tujuh puluh lima keluarga tinggal berdesak-desakan di pengungsian, Senin (1/12/2025). - (Lintar Satria/Republika)

Sementara ia mengoordinasikan posko banjir di Desa Lhok. Rachmadi menjelaskan banjir ini dipicu oleh hujan deras yang terjadi selama tiga hari berturut-turut, namun diperparah secara signifikan oleh penggundulan hutan di kawasan gunung yang diubah menjadi perkebunan sawit.

Menurut Rachmadi, penggundulan hutan di gunung membuat air langsung mengalir deras ke permukiman. Akibatnya, lumpur dan kayu gelondongan turun dari gunung secara tiba-tiba, berbeda dengan pola banjir biasa yang naik perlahan. Banjir kali ini tidak mereda seperti biasanya, melainkan terus naik, membuat warga tidak sempat bersiap.

Mata pencaharian utama warga Desa Lhok adalah petani. Sawah Rachmadi, seluas 27 dale (satu hektare setara empat dale) terendam lumpur dan tidak dapat dipanen. Ia mengaku belum dapat menyebutkan angka kerugian secara pasti. 

Selain rumah dan sawah, mobil dan motor warga terendam lumpur. Rachmadi mengatakan sebagian mobil sempat terlihat hanya atapnya saja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement