REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid mengakui, penyimpangan tata ruang berperan dalam memicu bencana banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Ia menyinggung soal pembabatan hutan untuk kebutuhan industri.
Saat diundang sebagai pembicara dalam acara "Indonesia Punya Kamu" yang digelar di Muladi Dome Universitas Diponegoro (Undip), Selasa (2/12/2025), Nurson memaparkan tentang Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dia mengatakan, salah satu Asta Cita adalah mewujudkan ketahanan energi.
Nusron mengatakan, Indonesia tidak akan bisa mandiri dan berswasembada di bidang energi jika masih mengandalkan energi fosil. Dia menilai, Indonesia memang harus mulai beralih dan mengembangkan energi hijau atau terbarukan.
"Kalau bicara green energy, maka sumber utamanya adalah tanaman: bisa etanol dari tebu, etanol dari singkong, bisa biofuel dari kelapa sawit. Dan itu juga membutuhkan lahan. Lebih-lebih untuk tanaman energi ini, biasanya lahan yang disasar adalah hutan," ucap Nusron.
Dia menilai, ketika hutan dibabat tanpa kajian tata ruang yang baik, bencana alam tak bisa dihindari. "Ketika hutannya disasar, kemudian hutannya dilepaskan, hutannya kemudian dibabat dengan tidak disertai dengan ekosistem tata ruang yang baik, maka yang terjadi hari ini adalah banjir di mana-mana," katanya.
"Banjir di Sumatra Barat, banjir di Sumatra Utara, banjir di Aceh, ini adalah salah satu bentuk bagaimana pola ruang yang tidak sesuai dipaksakan secara ilegal oleh pelaku-pelaku industri," tambah Nusron.
View this post on Instagram