Selasa 02 Dec 2025 07:39 WIB

Trump Siap Serang Venezuela, Lagi-Lagi Soal Minyak?

Venezuela bakal menyaingi ekspor minyak AS jika bisa berproduksi maksimal.

Presiden Nicolas Maduro memberikan konferensi pers di Caracas, Venezuela, Senin, 1 September 2025.
Foto: AP Photo/Ariana Cubillos
Presiden Nicolas Maduro memberikan konferensi pers di Caracas, Venezuela, Senin, 1 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS – Isyarat dari Gedung Putih menunjukkan persiapan menuju agresi penuh AS ke wilayah Venezuela dengan dalih pemberantasan kartel narkoba. Namun, Caracas menilai rencana serangan itu sedianya terkait cadangan minyak Venezuela yang melimpah.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membantu negaranya melawan “ancaman yang semakin meningkat dan ilegal” dari Amerika Serikat dan presidennya, Donald Trump. Dalam suratnya kepada sesama anggota blok negara-negara penghasil minyak utama pada Ahad, Maduro menuduh AS berusaha “merebut” cadangan minyak Venezuela, yang merupakan cadangan minyak terbesar di dunia.

Baca Juga

“Saya berharap dapat mengandalkan upaya terbaik Anda untuk membantu menghentikan agresi ini, yang semakin kuat dan secara serius mengancam keseimbangan pasar energi internasional, baik bagi negara-negara produsen maupun konsumen,” kata Maduro, menurut salinan surat yang diterbitkan oleh lembaga penyiaran pemerintah TeleSUR

Maduro juga “secara resmi mengecam” “penggunaan kekuatan militer yang mematikan terhadap wilayah, masyarakat, dan institusi negara”, baik kepada OPEC maupun kelompok negara OPEC+ yang lebih besar. 

Meskipun Venezuela memiliki cadangan minyak terbukti terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 303 miliar barel pada tahun 2023, Venezuela hanya mengekspor minyak mentah senilai 4,05 miliar dolar AS pada tahun 2023, jauh di bawah negara-negara penghasil minyak utama lainnya, sebagian karena sanksi AS yang diberlakukan pada masa kepresidenan Trump yang pertama.

photo
Truk mengangkut tank ke timur dari Valencia, Venezuela, Rabu, 27 Agustus 2025, setelah pemerintah mengumumkan mobilisasi militer menyusul penempatan kapal perang AS di lepas pantai Venezuela. - (AP Photo/Jacinto Oliveros)

Arab Saudi dengan cadangan minyak mentah sebanyak 267,2 miliar barel, misalnya, adalah pengekspor minyak terbesar di dunia dengan nilai ekspor 181 miliar dolar AS pada 2023. 

Artinya, jika bisa mengekspor minyak secara optimal, Venezuela diperkirakan bakal menyaingi AS sebagai pengekspor minyak utama regional. AS yang saat ini memiliki cadangan minyak mentah jauh di bawah Venezuela, yakni sekitar 55,2 miliar barel, saat ini merupakan pengekspor kedua terbesar di dunia dengan nilai 125 miliar dolar AS.

Bersama Iran, Irak, Kuwait, dan Arab Saudi, negara Amerika Latin ini merupakan anggota pendiri OPEC pada tahun 1960, dan para anggotanya bekerja sama untuk mengendalikan pasokan minyak dan mempengaruhi harga minyak pada dekade-dekade berikutnya.

Pada Senin, Nicolas Maduro mengatakan kepada ribuan pendukungnya di Caracas pada hari Senin bahwa ia menolak “perdamaian budak,” seraya menyatakan bahwa penempatan militer AS di Karibia telah menempatkan negaranya “dalam bahaya” selama 22 minggu terakhir. 

"Kami menginginkan perdamaian, namun kami menginginkan perdamaian dengan kedaulatan, kesetaraan, dan kebebasan. Kami tidak menginginkan perdamaian para budak, atau perdamaian kolonialisme," lanjut Maduro, ketika Presiden AS Donald Trump berencana mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas situasi di Venezuela.

Surat Maduro muncul sehari setelah Trump menulis di platform Truth Social-nya bahwa wilayah udara Venezuela ditutup, tanpa menjelaskan lebih lanjut. “Kepada semua Maskapai Penerbangan, Pilot, Pengedar Narkoba, dan Penyelundup Manusia, harap mempertimbangkan RUANG UDARA DI ATAS DAN SEKITAR VENEZUELA UNTUK DITUTUP SECARA SELURUHNYA,” tulis Trump. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement