REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini mempersilakan peneliti kembali ke daerahnya masing-masing. BRIN menilai, kebijakan ini dapat membantu peneliti sekaligus daerah asalnya.
Kebijakan ini baru diambil setelah Arif Satria memimpin BRIN. Kebijakan itu berbanding terbalik di awal 2025 di mana semua peneliti BRIN disentralisasi di pusat riset.
Arif menyebut peneliti di BRIN sebagian berasal dari daerah. Tapi karena kebijakan pemusatan peneliti sempat menyebabkan aset BRIN atau kantor penelitian di daerah kurang optimal karena ditinggalkan oleh penelitinya.
"Kita harapkan para peneliti bisa kemudian memanfaatkan aset tersebut untuk melakukan riset-riset di daerah, untuk membangun daerah, kemudian yang paling penting lagi adalah memperkuat ekonomi daerah dengan riset-riset inovasi yang ada," kata Arif dalam sesi wawancara khusus dengan Republika pada Senin (1/12/2025).
Arif berharap pulangnya para peneliti dapat memberi solusi atas masalah di kampungnya. Arif ingin peneliti hadir dan memberi manfaat bagi kampungnya.
"Jadi hal yang paling penting sebenarnya dengan riset di daerah itu adalah memberikan solusi atas persoalan daerah," lanjut Arif.