REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menegaskan pentingnya keberagaman sebagai modal sosial dalam menjawab tantangan global melalui kolaborasi antar individu. Pernyataan ini disampaikan saat menutup International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (ICCCRL) di Jakarta, Rabu.
Menurut Atip, keberagaman merupakan anugerah yang dapat menjadi modal untuk hidup harmonis dalam berbagai bidang. Ia menekankan perlunya literasi agama lintas budaya untuk menumbuhkan empati dan tenggang rasa di tengah arus globalisasi.
"Di sinilah literasi agama lintas budaya menemukan urgensi strategisnya," ujar Atip, menambahkan bahwa literasi ini bukan hanya tentang pengetahuan ritual, tetapi juga tentang kompetensi berempati dan terlibat secara kritis.
Konferensi ini, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI dan Institut Leimena pada 11-12 November 2025, dihadiri lebih dari 200 peserta dari 20 negara. Para peserta termasuk pejabat pemerintah, akademisi, tokoh agama, dan pimpinan lembaga internasional.
Atip menilai konferensi ini sebagai bentuk nyata dari "Partisipasi Semesta" yang mengajak semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan dunia yang damai dan saling menghormati. Ia mengutip penyair Jalaluddin Rumi untuk menutup konferensi, "Beyond right and wrong, there is a field, I'll meet you there."
Tema konferensi tahun ini adalah Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies, yang menegaskan pentingnya pendidikan dalam membangun kepercayaan dalam masyarakat yang multikultural.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.