Rabu 29 May 2024 16:54 WIB

BPBD: Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Jakarta Mencapai Rp 2,1 Triliun

Penurunan permukaan tanah terindifikasi sejak tahun 1997 sebesar 0,2 meter per tahun.

Rep: Bayu Adji P / Red: Friska Yolandha
Warga membersihkan endapan lumpur di rumahnya yang terendam banjir di Jalan Kemuning Dalam 4, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5/2024). Sebanyak sekitar 18 rumah terendam banjir sejak dini hari sekitar pukul 02.00 WIB yang diduga akibat luapan sungai Ciliwung. Saat ini banjir di lokasi tersebut berangsur surut dari sebelumnya ketinggian air mencapai 2,6 meter, kini tinggal sekitar  45 centimeter.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga membersihkan endapan lumpur di rumahnya yang terendam banjir di Jalan Kemuning Dalam 4, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5/2024). Sebanyak sekitar 18 rumah terendam banjir sejak dini hari sekitar pukul 02.00 WIB yang diduga akibat luapan sungai Ciliwung. Saat ini banjir di lokasi tersebut berangsur surut dari sebelumnya ketinggian air mencapai 2,6 meter, kini tinggal sekitar 45 centimeter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta menilai banjir merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi. Bencana itu juga dinilai menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar untuk Jakarta. 

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, salah satu ancaman terbesar yang dihadapi Jakarta adalah penurunan muka air tanah. Menurut dia, penurunan permukaan tanah terindifikasi sejak tahun 1997 dan laju penurunan tanah terbesar mencapai 0,2 meter per tahun. 

Baca Juga

"Akibat penurunan muka tanah ini adalah kejadian banjir di Jakarta," kata dia saat menghadiri Crisis Management Conference 2024 di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Isnawa menyebutkan, banjir merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi di Jakarta. Pasalnya, dampak banjir di Jakarta menimbulkan kerugian yang cukup besar.

"Pada kondisi sekarang dapat dilaporkan bahwa dampak banjir di Jakarta menimbulkan kerugian hingga Rp 2,1 triliun," kata dia.

Ia mencontohkan, dampak banjir yang terjadi dapat menyebabkan kemacetan. Adanya kemacetan itu otomatis akan berdampak pada permasalahan dengan pergerakan orang dan barang, yang ujungnya menimbulkan kerugian ekonomi.

Pemerintah terus berupaya....

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement