Selasa 30 May 2023 16:55 WIB

Membangun Peradaban Bangsa Dimulai dari Keluarga Maslahat

Pentingnya peranan keluarga untuk membangun peradaban dimulai dari level paling kecil

KH Nurul Badruttamam, M.A, Sekretaris Lembaga Dakwah (LD-PBNU) dan Anggota Satgas Gerakan Keluarga Maslahah PBNU
Foto: Dok Pribadi
KH Nurul Badruttamam, M.A, Sekretaris Lembaga Dakwah (LD-PBNU) dan Anggota Satgas Gerakan Keluarga Maslahah PBNU

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: KH Nurul Badruttamam, M.A, Sekretaris Lembaga Dakwah (LD-PBNU) dan Anggota Satgas Gerakan Keluarga Maslahah PBNU

Tidak ada permulaan yang lebih valid untuk membangun peradaban daripada membangun keluarga. Membangun bangsa harus diawali dengan membangun keluarga, kata Ketum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf saat Pelantikan Satuan Tugas (Satgas) Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU). Pernyataan Gus Yahya menegaskan betapa pentingnya peranan keluarga untuk membangun peradaban dimulai dari level yang paling kecil, yaitu membangun keluarga maslahat.

Kehadiran program ini merupakan bagian dari kontribusi NU untuk mewujudkan keluarga berkualitas dalam menyambut Indonesia emas. Seperti disampaikan Presiden Jowo Widodo pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Kemitraan Program Bangga Kencana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Tahun 2025, 2030, dan 2035 adalah puncaknya bonus demografi. Harus kita siapkan sehingga saat Indonesia Emas, yang muncul adalah keluarga yang sehat, keluarga yang produktif, dan keluarga yang memiliki kualitas.

 

Pernyataan ini tentunya sangat relevan dengan upaya kontributif NU untuk ambil bagian dalam membangun spirit pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan maju. Berkaitan dengan bonus demografi Indonesia, ada siklus dinamis yang terjadi dan setiap negara berlomba menjadi yang terbaik dalam mencapai bonus demografi berkelanjutan.

Perlu intervensi, baik berupa kebijakan atau pun implementasi langsung terhadap permasalahan yang diinisiasi oleh pemerintah. Selain itu, juga kolaborasi sebagaimana gerak langkah GKMNU untuk mengurai berbagai yang nantinya dikhawatirkan dapat menjadi ancaman bonus demografi Indonesia.

Problem yang sangat krusial dari bonus demografi Indonesia adalah banyaknya jumlah penduduk yang pertumbuhannya tidak diiringi dengan kualitas kesehatan, kesejahteraan serta produktivitasnya. Sedangkan, Sensus Penduduk Tahun 2020 mencatat dari 100 orang Indonesia yang produktif menanggung beban 41 orang yang tidak produktif. Data ini menunjukkan ada banyak pekerjaan rumah yang membutuhkan partisipasi aktif untuk menyambut bonus demografi mewujudkan Indonesia emas.

Membangun Keluarga-Membangun Peradaban

Keluarga merupakan fondasi bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Institusi keluarga merupakan lembaga terkecil dan merupakan jaring pengaman pertama yang yang selalu dibutuhkan kapan pun dan di mana pun, termasuk di era globalisasi seperti sekarang ini. Sebagai institusi yang terdiri dari individu-individu sebagai anggota, keluarga harus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Hakikat keluarga adalah sekumpulan manusia (dua atau lebih) yang memiliki ikatan yang sangat kuat, yang mencakup ikatan spiritual (ibadah), biologis (kealaman), psikologis (intrapersonal), sosiologis (interpersonal), dan ekonomi (material). Kelima ikatan ini saling terintegrasi dan tak dapat dilihat secara parsial. Tidak berlebihan kiranya untuk menyebut keluarga sebagai tiang negara. Keluarga memiliki peranan penting dalam upaya membangun ketahanan nasional dan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Secara eksplisit, keluarga memiliki artian sebagai kekuatan dalam pembangunan bangsa. GKMNU secara jelas bertujuan untuk mewujudkan kehadiran NU dalam upaya membangun peradaban umat manusia sejalan dengan spirit tagline NU, yakni Merawat Jagat Membangun Peradaban. Misi dari program ini adalah membangun Indonesia sejahtera berkeadilan dan berkeadaban melalui keluarga maslahat yang berpijak pada nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah.

GKMNU secara khusus akan mengawal isu strategis yang berkaitan dengan upaya mewujudkan keluarga maslahat melalui pengembangan kapasitas organisasi, penguatan kapasitas fungsi keluarga, advokasi kegiatan pendidikan keluarga, lingkungan, kesejahteraan ekonomi, perlindungan ibu dan anak untuk mewujudkan keluarga maslahat. Keterhadiran dari program ini sekaligus untuk memastikan bahwa setiap keluarga mendapatkan manfaat dari hikmah Nahdlatul Ulama.

Jika keluarga tidak mendapatkan kebermanfaatan dari NU, maka hikmah yang saat ini sedang kita kerjakan hanya akan berakhir sia-sia. Artinya, semua yang dilakukan NU harus bisa diverifikasi dan diuji validitasnya melalui pengaruh dampaknya terhadap keluarga. Demikian harapan Gus Yahya pada terbentuknya satgas ini.

PBNU dalam hal ini telah menyusun agenda dari berbagai bidang untuk menyukseskan program besar ini. Kesemua program ini, telah diukur dan terstandardisasi. Satgas ini juga bertugas membantu jajaran kepengurusan NU di setiap tingkatan dalam berhubungan dengan pihak luar yang memiliki berbagai program yang bermuara pada kemaslahatan keluarga.

Tentu, pada prinsipnya, Satgas ini berfungsi memberi supervisi dan dukungan atas program dan dijalankan berbasis satu komando, yaitu mewujudkan keluarga maslahat. Kerja-kerja besar ini merupakan upaya kontributif NU untuk mengambil peran dalam membangun keluarga maslahat dan mewujudkan Indonesia emas, sebagai optimisme membangun peradaban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement