Rabu 05 Apr 2023 15:47 WIB

Panglima Sebut TNI tak Gunakan Operasi Militer Bebaskan Pilot Susi Air

Jika TNI menggunakan cara militer maka pilot Susi Air akan dibunuh oleh KST Papua.

Rep: Flori Anastasia Sidebang/ Red: Erik Purnama Putra
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan, jajarannya memilih cara persuasif dalam upaya membebaskan pilot Susi Air, Kapten Philip Mehrtens, yang disandera kelompok separatis teroris (KST) Papua. Menurut dia, jika memaksa menggunakan cara militer, KST bakal menembak Philip.

Konsekuensinya, nanti TNI bakal dituduh membunuh sandera. "Apabila saya bebaskan dengan cara militer pasti nanti, saya sudah monitor dari pembicaraan, nanti kalau ketemu TNI bunuh saja ini, tembak saja ini. Nah, nanti biar TNI yang dituduh membunuh pilot ini. Nah, saya enggak mau terjadi seperti itu," kata Yudo di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (5/4/2023).

Menurut Yudo, TNI bisa saja melakukan operasi militer karena memiliki alat dan prajurit profesional. Namun, jika opsi itu dipilih maka masyarakat akan menjadi korban yang terdampak keganasan KST.

"Sehingga kita usahakan secara persuasif, mereka bisa kita bebaskan dengan aman, kondusif, dan masyarakat pun juga tidak terdampak karena mereka bersama-sama terus dengan masyarakat dengan anak-anak," ujar Yudo.

Menurut dia, upaya persuasif yang dilakukan TNI untuk membebaskan tawanan KST melibatkan tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Yudo juga menegaskan, tidak ada target untuk membebaskan pilot asal Selandia Baru tersebut karena lokasi penyanderaan di Bumi Cenderawasih cukup sulit ditempuh.

"Ya jadi tidak ada tenggat waktu membebaskannya karena memang tempatnya, ini lain. Jadi, penyanderaan ini lain dengan yang lain," kata Yudo.

"Mereka yang mediasi ini kan untuk menuju ke daerahnya ini enggak gampang, bukan di daerah yang bisa ditempuh dengan kendaraan, mereka juga butuh berhari-hari untuk menuju ke tempatnya ini," ujar Yudo menambahkan.

Sebelumnya, KST menyandera pilot Susi Air di Bandara Paro saat pesawat tersebut mendarat pada Selasa (7/2/2023) pagi WIT. Serangan itu juga dilakukan dengan cara membakar pesawat di Bandara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Sejak saat itu hingga kini hampir dua bulan, sang pilot disandera.

Penyerangan tersebut dilakukan KKB yang dipimpin Egianus Kogoya. Akibat insiden itu, sang pilot yang bernama Philip Mehrtens disandera oleh KKB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement