Kamis 30 Mar 2023 11:54 WIB

Puluhan Ribu Naskah Sunda Diperkirakan Belum Terdokumentasikan

Naskah yang beredar di luar negeri terkadang tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij
Foto: Istimewa
Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij memperkirakan jumlah naskah Sunda dapat mencapai puluhan ribu. Namun sayangnya, keberadaan naskah tersebut belum terdokumentasi dengan baik. Karena, beberapa di antaranya masih dimiliki oleh perorangan. 

“Penelusuran lebih lanjut perlu dilakukan sebab banyak sekali unsur budaya yang bisa digali dan diteliti,” ujar Dick saat menyampaikan kuliah umum “Naskah Sunda dan Ilmu Pengetahuan: Apa yang Bisa Ditelusuri dan Kepentingannya” yang digelar Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad).

Dikutip dari laman FIB Unpad, Kamis (30/3/2023), Dick mengatakan, pengetahuan umum terkait naskah dan isinya perlu ditingkatkan agar khazanah pernaskahan Nusantara tetap lestari dan bermanfaat. Hal ini, menjadi kesempatan bagi mahasiswa Prodi Sastra Sunda untuk mengkaji naskah kuno, khususnya naskah Sunda. 

Hal ini dimungkinkan, kata dia, karena mahasiswa sudah dibekali pengetahuan mengenai aksara Sunda. “Hal tersebut dapat dijadikan modal untuk menelusuri apa saja yang terkandung dalam naskah, terutama naskah Sunda,” kata Dick. 

Untuk melakukan kajian terhadap naskah kuno, Dick menyarankan agar jangan terlalu fokus pada kajian kandungan teks. Karena, banyak detail kecil naskah seperti penulisan judul, ornamen-ornamen, catatan pinggir, kolofon, dan lain sebagainya acapkali tidak terlalu diperhatikan. 

Detail kecil tersebut, kata dia, sebenarnya bisa diteliti dan ditelusuri lebih lanjut untuk membuka peluang diketahuinya ilmu pengetahuan yang baru. Menurut Dick, detail kecil dalam naskah memegang penting dalam menentukan keaslian dari naskah tersebut. 

“Dengan adanya perbedaan penulisan tiap naskah membuka peluang untuk melakukan riset mengenai tulisan-tulisan yang berbeda antara naskah yang satu dengan naskah lainnya,” katanya. 

Dick mengatakan, naskah yang beredar di luar negeri terkadang tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya yang ada di masyarakat. Ada kemungkinan naskah tersebut dibuat untuk maksud tertentu, bukan hasil dari kebudayaan alami. Naskah yang beredar atas permintaan atau tujuan tertentu, kata Dick, tidak terlalu penting didokumentasikan karena mengurangi esensi keberadaan naskah yang sebenarnya. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement