Rabu 22 Mar 2023 16:21 WIB

Uni Eropa Siapkan Aturan Izinkan Mobil Bermesin E-Fuel

E-fuel dibuat dengan mensintesis emisi CO2 yang ditangkap.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria menggunakan pompa bahan bakar di halaman depan garasi di London, Inggris, 09 Juni 2022. Komisi Eropa telah menyusun rencana untuk mengizinkan penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran internal atau elektronik-fuel (e-Fuel) setelah tahun 2035.
Foto: EPA-EFE/Neil Hall
Seorang pria menggunakan pompa bahan bakar di halaman depan garasi di London, Inggris, 09 Juni 2022. Komisi Eropa telah menyusun rencana untuk mengizinkan penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran internal atau elektronik-fuel (e-Fuel) setelah tahun 2035.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Komisi Eropa telah menyusun rencana untuk mengizinkan penjualan mobil baru dengan mesin pembakaran internal atau elektronik-fuel (e-Fuel) setelah tahun 2035. Langkah itu ditempuh untuk mendukung penggunaan bahan bakar netral karbon dan menghentikan penggunaan mobil berbahan bakar fosil.

Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/3/2023), rancangan proposal tersebut menyarankan untuk membuat kategori kendaraan jenis baru di Uni Eropa untuk mobil yang hanya dapat berjalan dengan bahan bakar netral karbon.

Baca Juga

Kendaraan seperti itu harus menggunakan teknologi yang akan mencegah mereka mengemudi jika bahan bakar lain digunakan, menurut draf tersebut. Namun proposal itu juga menawarkan alternatif bagi pembuat mobil untuk tetap menjual kendaraan bermesin pembakaran setelah 2035.

Seperti diketahui, setelah negosiasi berbulan-bulan, negara-negara UE dan Parlemen Eropa menyetujui undang-undang tersebut tahun lalu. Namun, Kementerian Transportasi Jerman mengejutkan negara-negara lain bulan ini dengan mengajukan keberatan terhadap undang-undang itu pada menit-menit terakhir, beberapa hari sebelum pemungutan suara.

Dua sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, syarat Komisi mobil harus dapat mengenali bahan bakar netral CO2 dari bahan bakar fosil akan bermasalah bagi Jerman karena akan memaksa pembuat mobil untuk mengembangkan mesin baru.

Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing tidak ingin sepenuhnya menolak usulan Komisi, melainkan melakukan beberapa perbaikan, kata sumber tersebut kepada Reuters. Para pihak bertujuan untuk mengamankan kesepakatan pada KTT Uni Eropa hari Kamis.

Seorang juru bicara Komisi menolak mengomentari draf dokumen tersebut. Namun, merujuk pada komentar Kepala Kebijakan Iklim UE Frans Timmermans, yang mengatakan pekan lalu solusi apa pun harus mematuhi undang-undang penghapusan 2035 yang disepakati tahun lalu.

"Pembicaraan sedang berlangsung antara Komisi dan otoritas Jerman," kata juru bicara itu.

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters pada Senin (22/3/2023) setiap proposal untuk mendaftarkan mobil e-fuel hanya akan dibuat setelah undang-undang penghapusan mesin pembakaran akhirnya diadopsi.

E-fuel dibuat dengan mensintesis emisi CO2 yang ditangkap dan hidrogen yang dihasilkan menggunakan listrik bebas CO2. Namun, mobil belum diproduksi dalam skala besar.

Sebuah studi yang diterbitkan pada hari Selasa (21/3/2023), oleh Potsdam Institute for Climate Research menemukan, semua proyek e-fuel yang direncanakan di seluruh dunia hanya akan menghasilkan bahan bakar yang cukup untuk memenuhi 10 persen permintaan Jerman untuk penggunaan e-fuel dalam penerbangan, perkapalan, dan bahan kimia dalam beberapa tahun mendatang.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement