Rabu 22 Mar 2023 14:01 WIB

Pertarungan Sengit Erdogan dan Kurdi di Pemilu Turki

Erdogan terus mengupayakan memenuhi hak-hak Kurdi, memajukan ekonomi.

 Warga Turki melewati Masjid Yeni, Istanbul,15 Maret 2023. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pemilu presiden digelar 14 Mei 2023.
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Warga Turki melewati Masjid Yeni, Istanbul,15 Maret 2023. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pemilu presiden digelar 14 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID,DIYARBAKIR – Turki menetapkan pemilu bakal berlangsung pada 14 Mei 2023. Jajak pendapat menunjukkan dukungan yang hampir seimbang antara koalisi partai pendukung Presiden Recep Tayyip Erdogan dan kelompok oposisi. 

Dalam konteks ini, Peoples' Democratic Party (HDP) yang didukung Kurdi diperkirakan menjadi penentu. Jika ini terjadi maka perjuangan Erdogan untuk memperpanjang memegang kekuasaan lebih dari dua dekade akan kian berat. 

Di sisi lain, jika putusan pengadilan melarang HDP, kemungkinan mendorong mereka membuat partai baru sebagai payung.

Di antara warga Kurdi yang berhimpun pada Selasa (21/3/2023) untuk merayakan festival musim semi, Newroz di tenggara Kota Diyarbakir, yang beroposisi terhadap Erdogan, menyerukan kesempatan mereka untuk mengalahkan koalisi Erdogan di pemilu parlemen dan presiden. 

‘’Kami berharap rezim saat ini berlalu dan kami akan berjuang mewujudkannya. Kami punya harapan tinggi pada pemilu ini, bergandengan bersama,’’ seru Zeynep Diyar, aktivis politik, di antara dentum musik yang terdengar dari pengeras suara.

Saat ini, Erdogan dan partai pendukung utamanya, AKP menghadapi tantangan berat berupa inflasi dan kritik publik terkait penanganan pascagempa pada Februari lalu yang menyebabkan 48 ribu warga meninggal. Tantangan ini bisa saja menjadi sandungan. 

Bertahun-tahun, Erdogan bersaing dengan Kurdi yang mencakup 20 persen dari populasi Turki. Ia berusaha pula meraih dukungan lebih banyak dari Kurdi. Paling tidak, ia telah menuai dukungan dari mereka terutama di tenggara. 

Erdogan terus mengupayakan memenuhi hak-hak Kurdi, memajukan ekonomi, dan mengakhiri konflik dengan kelompok perlawanan Kurdi. Namun dukungan warga Kurdi pada Erdogan lambat laun terkikis seiring menguatnya kebijakan nasionalisnya. 

Pesaing politik Erdogan memanfaatkan kondisi ini, mereka membujuk HDP untuk mendukung Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai CHP, untuk melawan Erdogan di pemilu mendatang.’’Tuntutan kami, kebebasan dan persamaan,’’ ujar Diyar. Ia akan mendukung Kilicdaroglu.

Merujuk jajak pendapat, dukungan untuk HDP lebih dari 10 persen, potensial untuk menentukan siapa yang kelak memimpin Turki. HDP partai ketiga terbesar di parlemen, menghendaki oposisi mendukung pemenuhan hak-hak dan isu Kurdi lainnya. 

Pada Senin (20/3/2023), partai Kurdi bertemu Kilicdaroglu dan pekan ini akan memutuskan apakah akan mendukungnya atau tidak. Anggota parlemen HDP, Imam Tascier mengeklaim, Kilicdaroglu memahami persoalan Kurdi.

Di sisi lain, AKP beraliansi dengan Nationalist Movement Party (MHP) sejak 2015 saat proses perdamaian untuk mengatasi pemberontakan di wilayah tenggara berantakan. MHP selama ini dikenal berseberangan dengan Kurdi. 

Berdasarkan jajak pendapat SAMER di akhir 2022, dukungan AKP di wilayah tenggara menurun sejak 2018, HDP semakin mendapat dukungan. Ketua AKP tingkat provinsi di Diyarbakir, Serif Aydin menganggap jajak pendapat itu keliru. 

‘’Kami lakukan yang terbaik dan rakyat hanya percaya pada Erdogan di antara politisi yang dianggap mampu menyembuhkan luka rakyat,’’ katanya merujuk dampak gempa besar Februari lalu. 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement