Rabu 22 Mar 2023 00:45 WIB

Pekerja Kemanusiaan AS dan Jurnalis Prancis yang Diculik di Afrika Barat Dibebaskan

Keduanya dibebaskan selang empat hari setelah Menlu AS berkunjung ke negara tersebut.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Korban penculikan (ilustrasi)
Foto: www.karimatafm.com
Korban penculikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY -- Seorang pekerja kemanusiaan asal Amerika Serikat dan seorang jurnalis Prancis yang diculik dan ditahan oleh kelompok ekstremis dibebaskan dan diterbangkan ke ibu kota Niger Senin (20/3/2023). Keduanya dibebaskan selang empat hari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi negara itu.

Pejabat AS mengatakan tidak ada uang tebusan yang dibayarkan untuk pekerja kemanusiaan Jeffery Woodke, dimana ia ditahan selama lebih dari enam tahun. Pejabat AS juga memuji pemerintah Niger karena membantu mengamankan pembebasannya. 

Baca Juga

Pemerintah Prancis tidak mengomentari bagaimana kebebasan akhirnya bisa diperoleh jurnalis Olivier Dubois, yang diculik hampir dua tahun lalu di negara tetangga Mali.

“Saya berterima kasih kepada Tuhan pertama-tama. Dan demi Tuhan, saya berterima kasih kepada pemerintah Niger, pemerintah AS, dan Prancis. Hidup Perancis!" kata Woodke, rambut abu-abu panjangnya yang diikat ke belakang menjadi ekor kuda, dan menggunakan tongkat.

“Saya sangat senang bisa kembali ke Niamey lagi, di Niger, negara kedua saya, dan tidak ada lagi yang bisa saya katakan selain, ‘Halo untuk keluarga saya.’ Itu saja,” katanya.

Sementara bagi Dubois, ia berseri-seri saat menyapa para simpatisan, memberi tahu wartawan bahwa dia lelah, tetapi kondisinya baik-baik saja.

“Luar biasa bagi saya berada di sini, bebas,” kata jurnalis berusia 48 tahun itu. “Aku tidak mengharapkannya sama sekali. Saya ingin memberikan penghormatan kepada Niger, dan atas pengetahuannya tentang jenis misi rumit ini. Dan untuk memberikan penghormatan kepada Prancis dan kepada semua orang yang memungkinkan untuk berada di sini hari ini.”

Blinken mengunjungi wilayah tersebut minggu lalu dan pada hari Kamis berbicara kepada pers di Niger, di mana dia mengumumkan bantuan langsung sebesar 150 juta dolar AS ke wilayah Sahel. “Saya sangat senang kami sekarang melihat hal itu membuahkan hasil hari ini,” kata Blinken, berterima kasih kepada timnya, dan Niger, atas upaya mereka.

Woodke tinggal di Niger selama tiga dekade dan telah diculik dari rumahnya di kota Abalak pada Oktober 2016. Orang-orang bersenjata menyergap dan membunuh pengawalnya, kemudian memaksanya dengan todongan senjata ke truk mereka, di mana dia dibawa ke utara menuju perbatasan Mali.

Pada konferensi pers tahun 2021 di Washington, Els Woodke mengatakan dia yakin suaminya ditahan oleh kelompok militan terkait Alqaeda yang dikenal sebagai JNIM dan para penculiknya telah meminta uang tebusan jutaan dolar.

"Dubois juga ditahan oleh militan JNIM, meskipun tidak jelas berapa banyak waktu yang dihabiskan kedua sandera asing itu bersama-sama," kata Laith Alkhouri, CEO Intelonyx Intelligence Advisory.

Para pejabat di Niger tiba-tiba mengumumkan pada Senin pagi bahwa kedua pria tersebut telah melakukan penerbangan khusus ke ibu kota negara tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Pejabat AS mengatakan sandera Amerika tidak dibebaskan di Niger tetapi di wilayah sekitarnya yang mencakup Mali, tempat Dubois diculik pada tahun 2021 lalu.

Juga pada hari Senin, Komite Palang Merah Internasional mengumumkan bahwa dua pegawainya telah dibebaskan di Mali. Organisasi bantuan tidak akan mengungkapkan identitas karyawan atau keadaan penculikan mereka, dan tidak dapat dikonfirmasi apakah ada hubungan dengan sandera lain yang dibebaskan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan upaya untuk membebaskan Woodke dipimpin oleh militer AS, penegak hukum dan badan intelijen, bekerja sama dengan Prancis.

“Itu adalah upaya tim untuk mengeluarkannya, dan tidak ada konsesi yang dibuat,” kata Kirby. “Tidak ada pertukaran di sini. Ini adalah pekerjaan yang sulit, melelahkan, dan disengaja oleh para diplomat dan ahli lainnya secara langsung dengan pemerintah Niger untuk membawanya pulang.

Woodke dan Debois adalah orang asing terkenal yang ditahan di wilayah tersebut, dan pembebasan mereka adalah yang terbesar sejak seorang wanita Prancis dan dua pria Italia dibebaskan bersama di Mali pada Oktober 2020.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis bahwa dia telah berbicara dengan Dubois pada hari Senin. "Sangat melegakan bagi bangsa, kerabatnya, dan sesama jurnalis," cuit Macron. “Terima kasih yang mendalam kepada Niger untuk rilis ini.”

Meskipun masih belum jelas apa yang menyebabkan pembebasan itu, namun diyakini pembebasan itu mungkin bukan kebetulan. "Karena kebebasan para sandera terjadi setelah Blinken mengunjungi Niger dan menawarkan bantuan jutaan dolar," kata Alkhouri.

"Bantuan itu dapat memperkuat pemerintah Niger untuk menggunakan aparat intelijennya dalam merundingkan pembebasan mereka,” tambah Alkhouri.

Seorang pejabat senior administrasi AS, berbicara tentang latar belakang pembebasan ini. Ia mengatakan Woodke adalah orang Amerika kedua yang dibebaskan dalam enam bulan terakhir dan topik itu muncul minggu lalu selama kunjungan Blinken ke Niamey. Identitas sandera lain yang dibebaskan di Niger tidak dipublikasikan.

Kelompok ekstrimis ini telah lama menculik sandera untuk tebusan di Sahel, bentangan luas semi-kering di bawah Gurun Sahara. Tawanan yang dibebaskan sebelumnya menggambarkan, ia sering dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain dalam kondisi yang mengerikan dan suhu yang terik.

Kelompok ekstremis bertujuan untuk menggunakan uang tebusan untuk mendanai operasi penyerangan mereka, meskipun tidak semua negara terlibat dalam negosiasi pembayaran.

Pejabat pemerintahan Joe Biden tidak mengidentifikasi kelompok tertentu yang diyakini bertanggung jawab menahan Woodke. Ia mengatakan jaringan ekstrimis itu beroperasi tumpang tindih di bagian Afrika Barat itu.

Setidaknya 25 orang asing dan penduduk lokal yang tak terhitung jumlahnya telah diculik di Sahel sejak 2015, menurut laporan Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata. Pada tahun 2020, pihak berwenang Swiss mengatakan misionaris Kristen Beatrice Stoeckli dibunuh oleh para militan yang menculiknya.

Militan yang memiliki hubungan dengan Alqaeda dan kelompok ekstrimis Negara Islam diyakini masih menahan tawanan, termasuk seorang pendeta Jerman. Pendeta Hans-Joachim Lohre sedang bersiap untuk merayakan Misa di ibu kota Mali ketika dia diculik pada bulan November.

Tahun lalu pasangan Italia dan anak mereka diculik bersama seorang pegawai rumah tangga di Mali selatan. Sandera lain yang diambil di Afrika Barat termasuk Ken Elliott, seorang dokter Australia yang diculik pada tahun 2016, dan warga negara Rumania Julian Ghergut, yang ditangkap di dekat lokasi pertambangan pada tahun 2015.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement