Ahad 12 Mar 2023 20:35 WIB

Siapakah Cawapres Prabowo Subianto?

Mungkin ada sinyal Istana akan mendorong Prabowo berpasangan dengan Ganjar.

Presiden Joko Widodo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3).Dalam kesempatan ini, Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampak berswafoto bersama. Hadir juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Foto: Laily Rachev – Biro Pers Sekre
Presiden Joko Widodo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3).Dalam kesempatan ini, Jokowi dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tampak berswafoto bersama. Hadir juga Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.

ZAENAL A BUDIYONO; Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC-ASIA), Dosen FISIP Universitas Al-Azhar Indonesia

 

Baca Juga

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, Wakil Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra, Hasyim Djojohadikusumo menegaskan bahwa Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bukanlah Cawapres untuk Prabowo Subianto. Karena bila Ketum PKB tersebut yang dipilih, maka deklarasi Capres – Cawapres sudah dilakukan tahun lalu. Hasyim juga terbuka dengan opsi Ganjar Pranowo berpasangan dengan Prabowo—karena kerap kali keduanya hadir bertiga bersama Presiden Jokowi—namun dengan syarat, bahwa Capres-nya harus Prabowo. Bagaimana melihat situasi ini?

Pertama, dari kacamata seorang analis politik dalam melihat dinamika terakhir, mungkin ada sinyal Istana akan mendorong Prabowo berpasangan dengan Ganjar. Itu setidaknya terlihat dari endorse Presiden ke dua nama tersebut—sementara Presiden tidak melakukannya untuk nama Capres lain, seperti Anies Baswedan atau Puan Maharani. Ditambah dengan meningkatnya frekuensi kehadiran ketiganya di sejumlah momen, semakin menguatkan dugaan ke arah sana.

Kedua, masalahnya, Pak Hasyim mensyaratkan Prabowo harus sebagai Capres, sementara di banyak survei, justru elektabilitas Ganjar yang di atas Prabowo. Hal ini akan menjadikan negoisasi berjalan sulit, karena seharusnya jika mengikuti teori cottail effect, maka calon dengan elektabilitas tertinggi, seharusnya yang menjadi Capres. Itu juga yang dilakukan Jokowi di 2014 dan 2019, dimana dua wakilnya kala itu justru lebih senior. Terbukti Jokowi menang mengikuti teori tersebut.

Ketiga, sepertinya Hasyim sedang membangun tren baru berupa anti-theory atau langkah yang anti-mainstream. Sah-sah saja, namun di banyak kasus, pendekatan seperti itu cenderung akan gagal. Pasalnya dalam pemilu langsung, ketokohan menjadi keniscayaan, dan elektabilitas terkadang memang meminggirkan pengalaman, bahkan senioritas. Tetapi inilah kenyataannya, fun facts-nya demokrasi, barangkali tidak ideal, namun so far dianggap better than other systems. Oleh karenanya, bila ingin berpasangan dengan Ganjar dan menang (dalam posisi hari ini), Prabowo memang harus legowo menjadi Cawapres.

Keempat, atau Prabowo tetap menjadi Capres dengan menggandeng nama lain di luar ganjar. Mereka harus tokoh yang elektabilitasnya (sebagai Cawapres) mumpuni. Beberapa nama yang bisa dipertimbangkan antara lain Ridwan Kamil (RK) dan Khofifah Indar Parawansa. Dalam konteks hari ini, nama RK lebih masuk akal, karena lebih mudah diterima PKB—yang sudah lama menjadi teman koalisi. Sementara Khofifah cenderung akan ditolak oleh Cak Imin cs, karena sejarah di masa lalu.

Kelima, lalu bagaimana dengan PKB yang tetap bertahan bahwa Cak Imin harus Cawapres untuk Prabowo? Itu tuntutan yang biasa saja, karena partai mana pun pasti ingin Ketum-nya menjadi Capres / Cawapres. Namun para politisi itu pada akhirnya cenderung akan bersikap realistis, yang terpenting the end result-nya menang, atau ikut gerbong pemenang. Tidak realistis kalau politisi bertahan dengan satu posisi yang sudah tahu di posisi itu mereka akan kalah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement