Rabu 08 Feb 2023 09:46 WIB

1 Abad NU Merawat Ibu Pertiwi

Dalam sejarah NU tidak dapat dipisahkan dengan dukungan ajaran Aswaja.

Presiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan sejumlah santri pada acara Festival Tradisi Islam Nusantara di Stadion Diponegoro Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (9/1/2023). Kegiatan yang diisi dengan sholawat bersama dan tradisi budaya Islam Nusantara itu untuk menyongsong satu abad berdirinya Nahdlatul Ulama.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Presiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan sejumlah santri pada acara Festival Tradisi Islam Nusantara di Stadion Diponegoro Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (9/1/2023). Kegiatan yang diisi dengan sholawat bersama dan tradisi budaya Islam Nusantara itu untuk menyongsong satu abad berdirinya Nahdlatul Ulama.

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia, bisa dihitung dengan jari organisasi keumatan mampu merayakan hari lahir ke-100 tahun. Mengurus organisasi keumatan butuh teknik dan jurus  tersendiri. Maklum organisasi keumatan ini bukan organisasi bisnis. Bergelut di organisasi keumatan bermodal niat ikhlas,  bersama-sama membesarkan organisasi dari manajemen  tradisional hingga modern dengan aset bisa miliaran bahkan triliunan.

Alhamdulillah dengan izin Allah, organisasi berbasis keumatan yang sanggup mermperingati hari lahirnya hingga 1 abad yakni Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini lebih tua dari usia negara ini Republik Indonesia. NU dibentuk pada   tanggal 31 Januari 1926 bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H.

Perwakilan ulama tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal jamaah, yakni tokoh-tokoh seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan para ulama lainnya ketika upaya reformasi mulai meluas. Meskipun terorganisir, mereka sudah memiliki hubungan yang sangat kuat. Perayaan seperti haul, peringatan wafatnya seorang kyai yang kemudian mengumpulkan masyarakat sekitar, para kiai dan mantan santrinya hingga sekarang masih dilakukan secara rutin di beberapa wilayah di Tanah Air.

Dalam sejarah NU tidak dapat dipisahkan dengan dukungan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Aswaja). Ajaran ini bersumber dari Alquran, Sunnah, dan Ijma (keputusan ulama terdahulu). Qiyas atau contoh kisah Alquran dan hadits.

Dalam bidang syariat Islam, sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali), dan sebenarnya Kyai NU sangat taat kepada Syafi'i. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf. Hasan al-Bashri tokoh Sunni terkemuka dalam masalah qadariyah dan qadariyah mengenai personel, memilih pandangan qadariyah. Pendapat bahwa pelaku adalah kufur dan hanya keyakinannya yang masih tersisa (fasiq). Apa ide yang dikembangkan oleh Hasan Al Basri justru direduksi menjadi gagasan ahlussunnah wal jamaah.

Menurut intelektual Muslim Muhammad Abu Zahrah Islam memiliki dua bentuk utama, yakni praktis dan teoritis. Perbedaan tersebut justru terlihat pada kelompok-kelompok seperti  Ali bin Abi Thalib, Khawarij, dan Muawiyah. Bentuk keberatan kedua  dalam Islam bersifat  teoritis ilmiah, seperti  dalam kasus “Aqidah dan Penuh” (Fikhu). Ahlussunnah wal jamaah sebagai salah satu aliran batin Islam tentunya memiliki nuansa politik dan sangat kental pada saat kelahirannya. Namun dalam perkembangan wacananya juga merambah bidang-bidang seperti aqidah, hukum Islam, tasawuf, dan politik.

Untuk ideologi ahlussunnah wal jamaah lahir karena alasan yang sangat mendasar. Kekuatan penguasa kolonial Belanda untuk menghancurkan potensi Islam menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan ulama untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran Islam. Selain itu ada pula rasa tanggung jawab  ulama sebagai pemimpin yang memperjuangkan kemerdekaan dan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Ulama juga memiliki rasa tanggung jawab  untuk menjaga kedamaian bangsa Indonesia.

NU dalam perjalanananya sudah menapaki usia satu abad. Telah banyak berkontribusi bagi kemerdekaan dan  kemajuan bangsa Indonesia, tak terkecuali dalam merawat keberagaman yang senantiasa dipupuk menjadi budaya yang wajib dilaksanakan bagi kaum Nahdliyin. NU sebagai organisasi menjadi rumah bagi setiap insan dan  bagi keberagaman.

Dengan semangat perjuangan inilah, persatuan, kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia tetap terjaga. Selama 100 tahun juga, NU mengawal Indonesia menuju rahmatan lil alamin. Membuktikan wajah Islam yang ramah, toleransi,  dan sebagainya kepada dunia luar. Islam yang sejuk, damai, tenang serta toleransi. Sangat tepat tema yang diusungkan oleh NU pada masa kini yakni "Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru."

Berangkat dengan semangat yang sama, Artha Graha Peduli (AGP) berpartisipasi dalam mensukseskan perhelatan satu abad Nahdlatul Ulama. AGP mengirim tim medis dan Unit Damkar (AGP Rescue) di lokasi resepsi puncak harlah. Kehadiran sekitar 1 juta jamaah NU butuh kekuatan fisik yang tangguh. AGP  mendirikan dua tenda tim medis untuk menjaga stamina anggota NU tetap sehat ketika pergi dan tetap sehat ketika pulang ke daerah masing-masing.

Di Stadion Delta Sidoarjo dan sekitar Alun-alun Kota dengan semboyan “Permai Bersih Hatinya” ini akan tercatat sebuah sejarah baru pada Selasa 7 Februari 2023 bertepatan dengan 16 Rajab 1444 H . Se-abad telah terlewati bagi NU, membawa doa dan harapan untuk “Merawat Jagad, Membangun Peradaban” dalam Resepsi Puncak Satu Abad NU dapat terwujud. Maka, keutuhan NKRI dari  Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote senantiasa terjaga dan peradaban bangsa Indonesia ke depan semakin maju.

Mendigdayakan NU, Menjemput Abad Kedua sehingga mampu Menuju Kebangkitan Baru. Kebangkitan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, tak terkecuali oleh segenap keluarga besar Artha Graha Peduli.

Selamat hari lahir NU ke-1 abad, selamat menyongsong abad ke-2.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement