Rabu 08 Feb 2023 10:58 WIB

Inilah Risiko Nyata Bila Katering Haji Ditiadakan!

Katering ditaidakan, ancaman bagi asupan kualitas makanan jamaah haji.

Pedagang kaki lima di Makkah dirazia demi menjaga kesehatan makanan jamaah.
Foto:

Belajar dari itu, kenyataan kualitas asupan makanan bagi jamah haji memang menjadi sangat mutlak. Apalagi, jamaah haji Indonesia terkenal dengan rewel akan selera lidah. Ada yang suka manis, gurih, asin, pedas, manis, hingga flat (tanpa rasa). Selama ini pun kendala dari beragam selera makan, sudah berusaha diatasi. Pihak Dirjen Haji dan Umroh Kemenag terpaksa memutuskan untuk membawa bumbu makanan dari Indonesia dan menyajikannya melalui pengusaha katering sesuai dengan citra rasa asal wilayah jamaah. Katering makanan haji dalam hal ini harap diketahui citra rasanya makannya sangat beragam. Sebab, kalau tidak dipenuhi citra rasanya, alamat jamaah haji tak mau makan. Bila ini terjadi jelas menjadi kabar buruk bagi kesehatan jamaah itu sendiri.

Soal ketersediaan makanan sudah menjadi bahan pembicaraan semenjak jamaah mengikuti pelatihan manasik haj. Sangat tidak aneh, meski sudah tahu bahwa makanan untuk jamaah haji selama di tanah suci sudah tersedia sesuai citra rasa lidah asal daerahnya, mereka tetap saja nekad membawa aneka makanan dari tanah air. Sangat lazim di koper jamaah sewaktu berangkat haji penuh makanan asal daerahnya yang selama ini dianggap bisa tahan lama, misalnya rendang,  orak-arik atau sambel goreng tempe bercampur kentang, sambal kacang, aneka makanan ringan, minuman khas daerah, dan lainnya. Mereka juga tetap membawa beras. Bahkan pasti selalu ada rokok yang sangat banyak mereka masukan ke dalam koper hajinya, meski tahu bila merokok dilarang dilakukan di Makkah. Bahkan, saking takutnya tak dapat makanan, peralatan memasak seperti cobek batu beserta ulekannya. Bila perlu kompor portable pun mereka masukan dalam kopernya.

Keinginan jamaah untuk tetap memasak memang besar. Bagi jamaah dari kalangan perempuan memasak makanan untuk disantap ramai-ramai malah jadi kegiatan yang menyenangkan. Maka, selama di Makkah mereka tetap menyelipkan waktu untuk memasak. Akibat kegiatan ini, karena rata-rata mereka berasal dari pelosok belum punya pengetahuan yang cukup mengenai seluk beluk memasak di dapur di Arab Saudi, banyak menimbulkan masalah.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement