Selasa 07 Feb 2023 13:58 WIB

2023, Disdik Jabar Fokus Perbaiki 76 Sekolah di Cianjur dengan Anggaran Rp 190 M

Pemprov Jabar juga ikut memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa Cianjur. 

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi melihat bangunan sekolah yang runtuh akibat gempa Cianjur.
Foto: Istimewa
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi melihat bangunan sekolah yang runtuh akibat gempa Cianjur.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat tahun ini memfokuskan anggaran perbaikan sekolah untuk memperbaiki sekolah yang rusak akibat terdampak gempa Cianjur M 5,6. Disdik mencatat, ada 76 sekolah setingkat SMA/SMK yang akan dilakukan perbaikan. 

Kepala Disdik Jabar Dedi Supandi merinci, ke 76 SMA/SMK yang akan dibangun terdiri dari 24 sekolah rusak berat, 17 sekolah rusak sedang dan 35 sekolah rusak ringan. Khusus untuk 24 sekolah yang mengalami kerusakan berat, perbaikannya akan dilakukan langsung oleh Kementerian PUPR.

Baca Juga

"Sekarang sudah mulai dibangun. Yang rusak berat itu ada 22 sekolah yang dibangun sama kementerian, duanya lagi penanganannya secara mandiri sama yayasan," ujar Dedi kepada wartawan di Kantor Disdik Jabar, Selasa (7/2/2023).

Selain dibangun kementerian, kata dia, Pemprov Jabar juga ikut memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa Cianjur. Pemprov mengucurkan dana alokasi khusus (DAK) untuk membangun sekolah yang mengalami rusak ringan maupun sedang.

"Dari DAK relokasinya ke Cianjur, pelaksanannya di April-Mei. Kalau DAK ini langsung swakelola, anggarannya total sekitar Rp 190an miliar, langsung (dilaksanakan) oleh sekolah. Berkasnya sudah kita dipersiapkan," paparnya.

Meski sedang di tahapan pembangunan, Dedi memberi catatan terhadap SMKN 1 Cugenang. SMK tersebut rencananya akan direlokasi karena berada di zona merah patahan Sesar Cugenang.

Namun hingga sekarang, kata Dedi, pihaknya belum mendapat lahan pengganti untuk rencana relokasi SMKN 1 Cugenang. Selain itu, Disdik juga belum mendapat kajian lebih lanjut dari Pemkan Cianjur maupun BMKG mengenai rencana relokasi SMK itu.

"Cugenang masih cari alternatif, karena lokasi (SMK) Cugenang ada di daerah patahan sesar. Sampai kemarin kita belum mendapatkan lokasi penggantinya, lagi minta update dari pemkab dan BMKG kaitan kajian kalau dibangun membahayakan atau tidak," katanya.

Namun, Dedi memastikan proses KBM saat itu sudah berangsur normal di Cianjur. Kegiatan mengajar sebagian menggunakan tenda darudat dengan 3 pilihan skema pembelajaran yaitu daring, hybrid dan sistem shift. "KBM sudah mulai normal," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement