Ahad 05 Feb 2023 11:20 WIB

Catatan Refleksi 76 Tahun HMI, Keluar dari Tempurung

Usia 76 tahun menjadi momentum HMI semakin berjaya

Sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (ilustrasi). Usia 76 tahun menjadi momentum HMI semakin berjaya
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (ilustrasi). Usia 76 tahun menjadi momentum HMI semakin berjaya

Oleh : Raihan Ariatama, Ketua Umum PB HMI Periode 2021-2023

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tepat pada 5 Februari 2023, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menapaki usia 76 tahun. Apa makna usia 76 ini bagi HMI dan apa yang harus dan perlu dilakukan HMI dalam usianya yang sudah tidak lagi belia ini? 

Tulisan ini dimaksudkan sebagai catatan reflektif saya selama memimpin organisasi yang telah melahirkan banyak kader umat dan bangsa yang ulung, yang berkiprah di semua sektor kehidupan di negeri ini.

Baca Juga

Usia bukan sekadar angka, ia menyimpan guratan perjalanan, merekam tumpukan kenangan dan memotret mozaik peristiwa-peristiwa penting yang menyertainya. Demikian juga dengan HMI. Sepanjang 76 tahun usia HMI merupakan perjalanan panjang bergulat dengan seluk beluk persoalan negeri, berkiprah untuk ibu pertiwi.

Lahir dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia dengan diprakarsai Lafran Pane, HMI telah meneguhkan dirinya sebagai anak kandung republik, dengan komitmen keislaman dan keindonesiaan yang selaras. 

Dua komitmen ini mewarnai sikap HMI dalam menghadapi berbagai turbulensi sosial, politik, dan ekonomi di negeri ini, sehingga HMI selalu mampu keluar dari turbulensi tersebut. Tidak berlebihan jika saya menyatakan bahwa genetika HMI adalah keislaman dan keindonesiaan.

Meskipun sudah menapaki usia yang tidak lagi muda, tidak berarti HMI terlepas dari berbagai persoalan yang mendera. Bagi HMI, persoalan adalah sunnatullah yang selalu ada di tiap masa, yang harus diterima dan dikelola dengan baik. 

Apalagi, dari waktu ke waktu, jumlah cabang HMI bertambah, tidak hanya di dalam negeri melainkan juga di luar negeri, yang berarti menambah kompleksitas persoalan di himpunan. Mengelola persoalan adalah bagian dari kaderisasi HMI. Kedewasaan berpikir dan bersikap dari kader dapat diukur, salah satunya, dengan sejauh mana kader tersebut mengelola persoalan.

Pusaran pergolakan internal 

Gejala dalam beberapa dekade terakhir, HMI terjebak dalam pusaran pergolakan internal, yang disibukkan dengan mengurus rumah tangganya sendiri ketimbang merespons persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan mutakhir.

Gejolak internal himpunan kerap kali berujung konflik, bahkan berakhir pada dualisme kepengurusan. Gejolak internal ini tidak hanya terjadi pada kepengurusan tingkat nasional, melainkan juga di tingkat badan koordinasi (provinsi) dan cabang (kabupaten/kota). 

Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?  

Fenomena ini tidak hanya khas HMI, tetapi juga terjadi di banyak organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Alhasil, HMI sibuk bergumul dengan dirinya sendiri sehingga melewatkan momentum penting kebangsaan dan mengabaikan isu-isu strategis keislaman dan keindonesiaan, termasuk absennya gagasan pembaharuan pemikiran Islam di dalam tubuh himpunan. 

Apa sebab gejolak internal yang tak berkesudahan tersebut? Saya menganalisis dua faktor penyebab. Pertama adalah mentalitas konflik telah menjadi kultur yang menubuh dalam organ tubuh himpunan.

Pembentukan mentalitas konflik ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, di mana eskalasi kontestasi politik internal tidak disertai dengan kedewasaan berpikir dan kematangan bersikap. Dampaknya adalah ngotot dengan pilihannya masing-masing sehingga terjadi kebuntuan titik temu.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement