Kamis 02 Feb 2023 15:15 WIB

Pedagang di Yogyakarta Keluhkan Kelangkaan Minyakita

Hingga saat ini, konsumen masih banyak yang mencari minyak goreng tersebut.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Beberapa merk minyak goreng dijual pedagang Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (1/2/2023). Keberadaan minyak goreng kemasan Kementerian Perdagangan, Minyakita di Pasar Beringharjo mulai langka. Ada beberapa pedagang memiliki stock Minyakita hanya sedikit. Harga Minyakita yang awalnya Rp 14 ribu kini mencapai Rp 16 ribu per liter. Imbasnya pembeli mulai membeli minyak goreng curah yang dijual dengan harga Rp 14.500 per liter.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Beberapa merk minyak goreng dijual pedagang Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (1/2/2023). Keberadaan minyak goreng kemasan Kementerian Perdagangan, Minyakita di Pasar Beringharjo mulai langka. Ada beberapa pedagang memiliki stock Minyakita hanya sedikit. Harga Minyakita yang awalnya Rp 14 ribu kini mencapai Rp 16 ribu per liter. Imbasnya pembeli mulai membeli minyak goreng curah yang dijual dengan harga Rp 14.500 per liter.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketersediaan minyak goreng Minyakita di Kota Yogyakarta langka di pasaran. Sejumlah pedagang sembako di Kota Yogyakarta pun mengeluhkan langkanya stok Minyakita.  

Salah satunya pedagang di Pasar Demangan, Kota Yogyakarta, Kriss (52), yang menyebut sudah tidak mendapatkan Minyakita dari distributor. Kriss menyebut, ia sudah tidak menjual Minyakita sejak awal Januari 2023 karena tidak ada distribusi dari distributor ke pedagang.

"Kira-kira langkanya sebulan ini, sejak awal Januari 2023 kita sudah tidak dapat stok dari distributor," kata Kriss kepada Republika di Pasar Demangan, Kota Yogyakarta, Kamis (2/2/2023).

Kriss menuturkan, biasanya ia bisa mendapatkan lima karton Minyakita dari distributor dalam sekali pemesanan. Lima karton itu pun, katanya, sudah dibatasi oleh distributor untuk diberikan kepada pedagang.

Satu kartonnya, berisi 12 kemasan Minyakita dengan isian satu liter per kemasan. "Lima karton itu dapatnya sebelum langka, tapi sejak langka kita sudah tidak dapat dan sudah tidak menjual Minyakita sampai sekarang," ujar Kriss.

Hingga saat ini, konsumen masih banyak yang mencari minyak goreng tersebut di tokonya. Hal ini dikarenakan harga Minyakita yang cukup terjangkau oleh masyarakat. "Justru yang nyarinya paling banyak itu Minyakita," tambahnya.

Kriss menjelaskan, untuk harga Minyakita yang dibeli dari distributor sebesar Rp 13.500 per liter. Sedangkan, ia menjual ke konsumen sebesar Rp 14.000 sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Tidak bisa menjual lebih karena sudah tertulis harganya Rp 14 ribu di kemasannya," lanjut Kriss.

Dikarenakan stok yang langka, akhirnya konsumen beralih untuk mencari minyak goreng kemasan lain. Selain itu, juga masih ada beberapa konsumen yang mencari minyak goreng curah karena harganya lebih murah dibandingkan minyak goreng kemasan.

"Tapi kalau tidak ada (Minyakita), baru mau (minyak goreng kemasan) yang lain. Kalau curah jarang karena yang pakai sedikit, tapi masih ada yang nyari beberapa," jelasnya.

Sementara itu, Analis Kebijakan Ahli Muda Sub Koordinator Ketersediaan dan Pengendalian Harga, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Evi Wahyuni juga menyebut, saat ini stok Minyakita langka di pasaran. Meski begitu, ia menjamin ketersediaan minyak goreng selain Minyakita masih banyak di pasaran.

"Meskipun Minyakita langka, yang penting stok minyak itu masih ada di pasaran. Jangan terlalu panik," kata Evi.

Untuk itu, warga diminta untuk tidak khawatir dengan ketersediaan minyak goreng. "Jangan panic buying, kalau panic buying semakin dimainkan nanti harganya," ujarnya.

Evi juga tidak menampik bahwa masyarakat lebih banyak yang mencari Minyakita, mengingat harganya lebih murah dibandingkan minyak kemasan lainnya. Ia juga tidak mengetahui secara pasti alasan langkanya Minyakita di daerah.

Padahal, lanjut Evi, dari pemerintah pusat mengatakan bahwa ketersediaan Minyakita dari produsen masih ada. Namun, distributor di daerah termasuk di Kota Yogyakarta justru tidak mendapatkan stok dari pusat.

"Pak Menteri (Perdagangan) sendiri mengatakan sebenarnya dari produsen masih ada, terus ada, tapi kenapa kok sampai ke daerahnya ini bisa sampai hilang, kok bisa tidak ada, itu yang harus dicari. Kami kalau di kota Yogya, distributor-distributor kami itu kan, mereka kalau dari pusatnya sana memang tidak dapat bagian meski mereka sudah order seperti itu, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement