Rabu 25 Jan 2023 12:34 WIB

FDA Usul Vaksin Covid-19 Tahunan, Ini Kata Dokter

Tak semua dokter sepakat dengan usulan pemberian vaksin Covid-19 tahunan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang petugas kesehatan di Amerika Serikat mengisi jarum suntik dengan vaksin Pfizer Covid-19. FDA disebut perlu mempertimbangkan kembali rencana pemberian vaksin Covid-19 yang diulang tiap tahun.
Foto: AP Photo/Lynne Sladky
Seorang petugas kesehatan di Amerika Serikat mengisi jarum suntik dengan vaksin Pfizer Covid-19. FDA disebut perlu mempertimbangkan kembali rencana pemberian vaksin Covid-19 yang diulang tiap tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Amerika AS (FDA) mengusulkan agar vaksin Covid-19 diberikan setiap tahun guna melindungi masyarakat dari mutasi virus. Nantinya, orang dewasa dan anak-anak akan mendapat vaksin sekali setiap tahun.

Tak semua sepakat dengan rencana tersebut. Profesor ilmu penyakit dalam dari NYU Langone Medical Center dr Marc Siegel mengatakan rencana pemberian vaksin Covid-19 tahunan perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Baca Juga

"Saya yakin bahwa analisis risiko versus manfaat melatari pertimbangan vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok yang berisiko tinggi. Tapi ini harus didiskusikan lebih dalam, yakni pada komunikasi antar dokter dan pasien," kata Siegel, dikutip Fox News, Rabu (25/1/2023).

Meskipun gagasan soal vaksin Covid-19 tahunan terdengar masuk akal, tetapi menurut Siegel, FDA masih mengabaikan beberapa hal. Di antaranya mereka belum mempunyai vaksin yang akan digunakan.

 

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dari rencana ini. Pertama, cakupan vaksinasi yang buruk terhadap ketersediaan vaksin yang sekarang dimiliki.

"Hanya 40 persen dari mereka yang berusia di atas 65 tahun telah mendapatkannya, kelompok berisiko tinggi adalah faktornya," tuturnya.

Siegel juga menilai pemberian vaksin di saat munculnya subvarian yang baru tidaklah tepat. Memang vaksin menurunkan tingkat keparahan dengan baik, tetapi itu tidak ideal digunakan ketika subvarian baru terus bermunculan.

"Kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mencakup semua varian atau vaksin hidung untuk mencegah penyebaran," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement