Jumat 20 Jan 2023 07:48 WIB

Hanya Dua Ton Sampah Pasar Ditargetkan Dibuang ke TPA Piyungan

Peran pedagang juga sangat penting dalam menyukseskan gerakan Zero Sampah Anorganik

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pekerja memasukkan gerobak sampah ke tempat pemilahan di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS), Bantul, Yogyakarta, Selasa (4/1). Kupas melayani sekitar 60an bank sampah di Desa Panggungharjo. Setiap bulan pengelolaan sampah ini menghasilkan Rp 70 juta untuk pemasukan desa. Dengan adanya pengelolaan sampah desa bisa mengurangi volume Sampang sebelum dibuang di TPA Piyungan.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja memasukkan gerobak sampah ke tempat pemilahan di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS), Bantul, Yogyakarta, Selasa (4/1). Kupas melayani sekitar 60an bank sampah di Desa Panggungharjo. Setiap bulan pengelolaan sampah ini menghasilkan Rp 70 juta untuk pemasukan desa. Dengan adanya pengelolaan sampah desa bisa mengurangi volume Sampang sebelum dibuang di TPA Piyungan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sampah yang dihasilkan dari pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta ditargetkan hanya dua ton yang dibuang ke TPA Piyungan. Pemilahan sampah pasar tradisional sebagai bagian dari gerakan Zero Sampah Anorganik pun terus digencarkan guna mengurangi sampah yang dibuang ke TPA Piyungan.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani mengatakan, pasar tradisional setidaknya menyumbang hingga 26 ton sampah per hari. Untuk itu, pemilahan sampah digiatkan melalui 20 bank sampah dari 29 pasar yang ada di Kota Yogyakarta.

"Kami akan melihat seberapa kemampuan kami untuk menurunkan tingkat pembuangan sampah melalui pengolahan dan pemilahan sampah, dan nanti kami akan mencari strategi-strategi lainnya untuk memaksimalkan penurunan pembuangan sampah,” kata Ambar belum lama ini.

Untuk pengelolaan sampah pasar tradisional ini, pihaknya memusatkan di Pasar Giwangan. Saat ini, tengah dibangun sistem pengelolaan sampah di pasar tersebut.

Di lantai dua Pasar Giwangan akan dibuatkan ruangan sebagai tempat manajemen untuk pencatatan administrasi sampah pasar. "Kami ingin benar-benar memotret sampah yang dikumpulkan seberapa banyak yang bisa dikelola, dan seberapa banyak yang dibuang," ujar Ambar.

Pengambilan sampah pasar dilakukan tiap hari pukul 7.00 WIB, dan dikumpulkan di Pasar Giwangan. Sampah yang dibawa ke Pasar Giwangan akan didata, yang mana sampah organik akan dibuang, dan sampah anorganik akan dikelola oleh tim kebersihan sesuai dengan kategori.

“Di lorong pasar terdapat dustbin agar dimanfaatkan dan memudahkan pedagang dalam memilah sampahnya sesuai kategorinya, sehingga memudahkan tim kebersihan yang mengelola bank sampah pasar. Jadi mereka tinggal memisahkan sampah anorganik sesuai jenisnya mana kertas, dus, plastik atau botol," lanjutnya.

Sementara itu, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi pemilahan sampah di berbagai pasar secara masif. Melalui sosialisasi ini diharapkan target dua ton sampah pasar per hari yang dibuang ke TPA Piyungan dapat terwujud.

“Hasil dari sosialisasi yang dilakukan selama bulan Januari akan dilihat di bulan Februari," kata Ambar menambahkan.

Ambar menekankan, peran pedagang juga sangat penting dalam menyukseskan gerakan Zero Sampah Anorganik di Kota Yogyakarta. Selain sebagai penyumbang sampah yang cukup besar, sosialisasi Zero Sampah Anorganik bisa diteruskan pedagang ke konsumen.

"Kami berharap tidak hanya pedagang saja yang memilah sampah, namun juga konsumennya. Pedagang bisa mengarahkan membuangnya dimana dan pemilahannya seperti apa, karena sudah disiapkan dust bin di lorong pasar," kata Ambar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement