Kamis 19 Jan 2023 10:21 WIB

Isi Pesan Aktivis Lingkungan Cilik asal Gresik yang Kirim Surat ke Jokowi

Nina menilai selama ini perusahaan terus membanjiri masyarakat dengan produk kemasan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Pegiat lingkungan cilik asal Gresik, Aeshnina Azzahra Aqilani mengirimkan surat kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam hal permintaan deklarasi Kantin Sehat Sekolah Bebas Saset.
Foto: Dokumen
Pegiat lingkungan cilik asal Gresik, Aeshnina Azzahra Aqilani mengirimkan surat kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam hal permintaan deklarasi Kantin Sehat Sekolah Bebas Saset.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pegiat lingkungan cilik asal Gresik, Aeshnina Azzahra Aqilani kembali mengirimkan surat kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). Perempuan berusia 15 tahun tersebut meminta Jokowi mendeklarasikan Kantin Sehat Sekolah Bebas Saset.

Perempuan disapa Nina ini mengaku belum lama ini menyimak video Presiden RI yang mengeluh masalah sampah dalam Rapat Kerja Nasional Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup. Menurut Nina, kondisi ini sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

"Karena produksi sampah terus bertambah tidak terkendali tanpa upaya serius untuk mengurangi produksi sampahnya, terutama sampah plastik," kata Nina.

Nina menilai, selama ini perusahaan terus membanjiri masyarakat dengan produk dikemas plastik sekali pakai. Kemasan tersebut sudah jelas akan membebani penanganan sampah kepada pemerintah. Bahkan, dapat mewariskan pencemaran sampah kepada generasi yang akan datang.

 

Perempuan berhijab ini menceritakan sering melakukan audit sampah plastik di sungai dan pantai. Dia menemukan sebagian besar sampah yang tercecer adalah produk dan kemasan plastik sekali pakai. Beberapa di antaranya seperti tas kresek, kemasan saset, popok, styrofoam, sedotan dan botol plastik. 

Melihat kondisi demikian, Nina mendorong agar produk dan kemasan plastik sekali pakai dikurangi. Hal ini bisa dilakukan dengan menegakkan aturan mewajibkan produsen bertanggung jawab atas penanganan sampah produknya. Lalu mewajibkan perusahaan mengurangi produksi sampah plastiknya, sesuai amanat pasal 15 Undang Undang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 

Selain itu, perusahaan harus berhenti menjual produk dalam kemasan saset multilayer dan styrofoam yang tidak dapat didaur ulang. Kemudian harus menggantinya dengan penjualan kemasan pakai ulang. Dengan demikian, kemasan tersebut dapat diisi ulang untuk produk makanan minuman dan keperluan rumah tangga. 

Setidaknya ada tiga usulan yang ingin disampaikan siswa Madrasah Aliyah Bilingual Al Amanah, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) tersebut. Pertama, Nina meminta Jokowi mencanangkan gerakan sekolah bebas plastik dan kantin sehat, yang menerapkan 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Repurpose, Recycle). Kemudian kantin sekolah harus menyediakan makanan sehat alami yang tidak dikemas plastik.

"Lalu melarang makanan minuman saset yang bergizi rendah dan mengandung bahan tambahan kimia yang membahayakan kesehatan anak," katanya.

Setiap sekolah diminta untuk harus menegakkan larangan plastik sekali pakai dan mewajibkan semua warga sekolah pilah sampah. Sekolah juga harus menyediakan tempat pengumpulan sampah terpilah serta mengolah sampah organik menjadi kompos dan ekoenzim di lingkungan sekolah. Selanjutnya, membakar sampah di sekolah harus dilarang untuk melindungi anak dari menghirup udara beracun dan partikel mikroplastik yang membahayakan kesehatan. 

Usulan kedua, yakni Jokowi diminta membentuk tim satgas yang menegakkan aturan di setiap desa untuk menghentikan pembakaran sampah di semua kawasan. Hal ini penting mengingat banyak masyarakat menangani sampah dengan membakar sampah plastik. "Padahal membakar plastik melepaskan racun abadi dioksin pemicu kanker dan menurunkan kecerdasan anak," jelasnya.

Usulan berikutnya, yaitu Jokowi diharapkan meluncurkan gerakan nasional kurangi produksi plastik dan menegakkan aturan wajib pilah sampah di sumbernya. Kemudian harus menyediakan sarana pengolahan sampah terpilah secara menyeluruh di tiap desa seluruh Indonesia. Langkah tersebut bertujuan supaya masyarakat tidak menangani sampah dengan cara yang salah. seperti dibakar, ditimbun atau dibuang ke sungai dan laut. 

Menurut Nina, produksi plastik harus dikurangi segera mungkin. Hal ini karena plastik dibuat dari minyak bumi dan bahan kimia yang beracun. Sebab itu, dapat menggangu sistem hormon serta memicu kanker.

Nina berharap surat yang dikirimkan kali ini mendapat respons dan balasan dari pemerintah melalui aksi nyata. Pasalnya, hal ini penting guna menyelamatkan masa depan lingkungan dan seluruh anak cucu indonesia. Dengan kata lain, masyarakat berhak untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat, terbebas dari pencemaran racun plastik dan mikroplastik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement