Jumat 13 Jan 2023 21:41 WIB

Melihat Penambangan Pasir Secara Tradisonal di Aliran Merapi

Melindungi sumber air.

Rep: Wihdan Hidayat/ Red: Tahta Aidilla

Penambang pasir tradisional di Sungai Boyong, Purwobinangun, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023). Warga Purwobinangun saat tetap bertahan dengan cara tradisional atau tanpa alat berat. Alasan warga menolak atau melarang penggunaan alat berat untuk melindungi sumber air dan menghindari kekeringan. Untuk harga pasir warga menjual di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung muatan truk. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)

Truk mengisi muatan pasir di Sungai Boyong, Purwobinangun, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023). Warga Purwobinangun saat tetap bertahan dengan cara tradisional atau tanpa alat berat. Alasan warga menolak atau melarang penggunaan alat berat untuk melindungi sumber air dan menghindari kekeringan. Untuk harga pasir warga menjual di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung muatan truk. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)

Salah satu peralatan yang digunakan penambang pasir tradisional di Sungai Boyong, Purwobinangun, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023). Warga Purwobinangun saat tetap bertahan dengan cara tradisional atau tanpa alat berat. Alasan warga menolak atau melarang penggunaan alat berat untuk melindungi sumber air dan menghindari kekeringan. Untuk harga pasir warga menjual di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung muatan truk. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)

Truk mengangkut pasir di Sungai Boyong, Purwobinangun, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023). Warga Purwobinangun saat tetap bertahan dengan cara tradisional atau tanpa alat berat. Alasan warga menolak atau melarang penggunaan alat berat untuk melindungi sumber air dan menghindari kekeringan. Untuk harga pasir warga menjual di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung muatan truk. (FOTO : Republika/Wihdan Hidayat)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOBINANGUN -- Penambangan pasir di Sungai Boyong, Purwobinangun, Yogyakarta, Jumat (13/1/2023). Warga menambang tetap bertahan dengan cara tradisional atau tanpa alat berat.

Alasan warga menolak atau melarang penggunaan alat berat untuk melindungi sumber air dan menghindari kekeringan.

Untuk harga pasir warga menjual di kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung muatan truk.

sumber : Wihdan Hidayat/Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement