Kamis 17 Nov 2022 14:32 WIB

Pemilih Muda Malaysia Didorong Berikan Suara

Dalam pemilihan kali ini yang dipertaruhkan adalah stabilitas pemerintah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Muhammad Hafil
Pemilih Muda Malaysia Didorong Berikan Suara. Foto: Sejumlah warga melewati menara kembar Petronas (KLCC) di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (10/10/2022) malam. Perdana Menteri Malaysia Dato
Foto: ANTARA/Rafiuddin Abdul Rahman
Pemilih Muda Malaysia Didorong Berikan Suara. Foto: Sejumlah warga melewati menara kembar Petronas (KLCC) di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (10/10/2022) malam. Perdana Menteri Malaysia Dato

IHRAM.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebuah ruang makan di International Islamic University Malaysia, mahasiswi berusia 22 tahun Hajar Wahab berdiri di samping tempat pemungutan suara darurat. Dia menunjukkan kepada sesama mahasiswa cara menandai dan memberikan suara pemilihan.

Hajar adalah bagian dari pasukan pemimpin mahasiswa di seluruh Malaysia yang bertujuan untuk melawan apatisme politik. Mereka berusaha mendidik pemilih pemula tentang proses pemungutan suara menjelang pemilihan umum yang ketat pada 19 November.

Dalam pemilihan kali ini yang dipertaruhkan adalah stabilitas pemerintah. Sejak pemilihan sebelumnya pada 2018, Malaysia telah memiliki tiga perdana menteri dan menyaksikan runtuhnya dua pemerintahan, sementara dua koalisi oposisi utama terpecah.

Pertikaian itu telah menguras tenaga para pemilih, dengan dua pemilihan lokal yang diadakan dalam satu tahun terakhir menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah dari rata-rata. Kedua jajak pendapat negara melihat kemenangan yang menentukan untuk koalisi berkuasa Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob, sebagai pemilih kecewa menjauh dari kotak suara.

Hajar mengatakan, meski kelelahan itu bisa dimaklumi, penting bagi anak muda untuk menyuarakan kekesalannya di kancah nasional. "Itu akan semakin mendorong Anda untuk memilih. Marah!" ujarnya.

Pemilih muda membentuk porsi yang cukup besar dari enam juta pemilih pemula yang berhak memberikan suara. Reformasi menurunkan usia pemilih dari 21 tahun menjadi 18 tahun dan memungkinkan pendaftaran otomatis. Pemilih di bawah 40 tahun sekarang merupakan setengah dari 21 juta pemilih.

Upaya para mahasiswa tampaknya membuahkan hasil, dengan data jajak pendapat yang lebih baru menunjukkan jumlah pemilih akan meningkat di tengah masuknya pemilih baru dan saat kampanye meningkat menjelang hari pemilihan. “Pemilih muda merasa bahwa ini adalah pemilu penting yang tidak boleh mereka lewatkan, terutama kaum muda yang baru pertama kali memilih,” kata direktur lembaga survei independen Merdeka Cente Ibrahim Suffian.

"Mereka memang ingin keluar dan membuat tanda mereka," katanya.

Kekhawatiran atas stabilitas dan kepemimpinan pemerintah datang pada saat inflasi meningkat dan prospek ekonomi yang mendung. Kondisi ini juga, menurut Ibrahim, yang juga akan mendorong jumlah pemilih.

Aliansi Ismail Barisan Nasional sedang mencari mandat yang lebih kuat dan menjauhkan diri dari skandal korupsi 1MDB bernilai miliaran dolar yang meletus ketika Najib Razak menjabat. Koalisi itu menghadapi dua koalisi besar dalam pemilihan, satu dipimpin oleh pemimpin oposisi anti kemapanan Anwar Ibrahim dan satu lagi oleh mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin yang dipaksa keluar dari Barisan Nasional setelah menghadapi Najib terkait 1MDB.

Beberapa partai kecil lainnya juga bersaing dalam pemilihan yang akan melihat rekor 945 kandidat bersaing untuk 222 kursi parlemen.  Oposisi juga kemungkinan perlu membentuk aliansi, karena tidak ada partai atau koalisi tunggal yang dapat memenangkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan sendiri.

Pemasaran digital dan pemilih pertama kali Muhammad Imran Hazem Ashari mengatakan, akan memilih partai mana pun yang dapat memberi stabilitas di Malaysia. Beberapa pemilih sama seperti pria berusia 22 tahun itu, tidak tertarik oleh pertikaian politik yang terus-menerus, percaya bahwa pilihan mereka akan berdampak kecil.

Tapi bagi generasi yang lebih senior seperti seniman berusia 55 tahun Eddie Putera Noordin,  memilih adalah kejahatan. Dia tidak percaya pada kandidat atau partai yang bersaing.

"Saya takut memilih karena siapa pun yang Anda pilih akan menjadi bagian dari koalisi yang lemah," kata Eddie.

"Mereka harus membentuk aliansi dengan partai-partai yang ditolak dalam pemilihan, dan pada akhirnya akan membentuk pemerintahan yang sama," ujarnya. 

Sumber:

https://www.reuters.com/world/asia-pacific/young-malaysians-urged-get-mad-vote-end-political-merry-go-round-2022-11-17/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement