Rabu 09 Nov 2022 14:44 WIB

Pembuat Film Yordania Lawan Stereotip Muslim Lewat Realitas Virtual

Penonton non-Muslim terkejut mengetahui fakta tentang budaya Muslim.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pembuat film dan produser Yordania Samah Safi Bayazid membuat film realitas virtual tentang sejarah Islam. Pembuat Film Yordania Lawan Stereotip Muslim Lewat Realitas Virtual
Foto: AA Photo
Seorang pembuat film dan produser Yordania Samah Safi Bayazid membuat film realitas virtual tentang sejarah Islam. Pembuat Film Yordania Lawan Stereotip Muslim Lewat Realitas Virtual

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Seorang pembuat film dan produser Yordania, membuat film realitas virtual tentang sejarah Islam. Tujuannya memerangi stereotipe tentang Muslim melalui film virtual tersebut.

"Kami telah menjadi produser dan pembuat film selama lebih dari 10 tahun, tetapi kami tidak pernah berpikir bahwa kami akan masuk ke dunia hiburan sampai kami berada di Disney," kata Samah Safi Bayazid, dilansir dari Daily Sabah, Rabu (8/11/2022)

Baca Juga

Bayazid adalah salah satu pemilik LightArt Media Productions dan Light Art VR, sebuah perusahaan yang ia gambarkan sebagai pengalaman realitas virtual hiburan Islami. Ide pembuatan film VR tentang budaya Islam muncul saat dia dan suaminya mengunjungi taman hiburan tersebut. "Kami bersenang-senang," katanya.

"Mengapa kita sebagai Muslim tidak memiliki sesuatu yang menyenangkan seperti ini?" dia bertanya-tanya.

"Bagaimana jika kita bisa menceritakan kisah dan warisan kita? Dan sejarah Islam dengan cara yang sangat menghibur, menggunakan teknologi mutakhir, kita mengembangkan perangkat lunak kita," katanya.

Bayazid mengatakan perusahaannya memang berdiri dengan tujuan menghibur namun tetap mendidik para penontonnya. Perusahaan memproduksi film dalam delapan bahasa, termasuk Turki, memiliki empat film VR tentang warisan Islam, dan memproduksi yang kelima dan keenam dalam tahun depan.

 

Wanita berusia 33 tahun itu berada di Istanbul untuk menghadiri konferensi dua hari yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perempuan dan Demokrasi (KADEM), sebuah kelompok advokasi perempuan yang berbasis di Istanbul, bersama dengan Kementerian Keluarga dan Layanan Sosial Turki.

 

Tema KTT Perempuan dan Keadilan Internasional kelima adalah "Kode Budaya dan Perempuan", maka dia dia berbicara tentang citra perempuan dan presentasi perempuan di media.

 

"Saya telah bekerja di industri ini selama lebih dari 12 tahun dan tinggal di AS. Saya melihat bagaimana cara wanita, khususnya wanita Muslim, diwakili di media secara langsung mempengaruhi bagaimana kita diperlakukan dan ini terkadang menyebabkan Islamofobia," tambahnya.

 

Bayazid mengutip pentingnya menceritakan kisah sebagai produser dan pembuat film Muslim dan mengatakan dia akan berbicara tentang pentingnya menceritakan kisah karakter Muslim.

 

Bersama suaminya, Muhammad, Bayazid mendirikan Light Art VR lima tahun lalu. "Kami memutuskan bahwa kami ingin menghasilkan hiburan untuk penonton Muslim di seluruh dunia," katanya.

 

Mereka mulai memproduksi sebuah perusahaan yang dibuat oleh komputer Virtual Reality untuk menayangkan film-film beresolusi 8K yang membawa Anda kembali ke masa 1.400 tahun yang lalu, untuk menyaksikan kisah Islam. Sutradara yang berbasis di Washington ini juga membahas reaksi dari penonton.

"Jadi, kami telah menyelesaikan dua reaksi berbeda karena kami memiliki audiens Muslim dan non-Muslim," katanya.

 

Penonton Muslim, katanya, berteriak, tertawa, menangis ketika mereka menonton film. Sedangkan penonton non-Muslim memiliki reaksi serupa tetapi terkejut mengetahui fakta tentang budaya Muslim yang tidak mereka ketahui sampai menonton film tersebut.

 

“Kami melakukan proyek kami di New York hanya untuk berbagi budaya Islam kami. Mereka menyukainya dan mereka berkata 'kami tidak mengetahui semua informasi ini karena sangat informatif," katanya.

 

Dalam pandangan non-Muslim, mereka mengira Islam adalah agama yang kasar dan menganggap perempuan adalah manusia kelas dua yang harus dikendalikan dibawah laki-laki. "Itu salah satu alasan kami untuk mendidik orang dan memberi tahu mereka tentang warisan dan budaya Islam kami yang sesungguhnya. Karena kami tidak akan membiarkan orang lain menceritakan kisah kami seperti yang mereka inginkan. Ini adalah tugas kita untuk menyampaikannya dengan cara yang benar," kata Bayazid. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement