Kamis 27 Oct 2022 19:01 WIB

Pemerintah Prediksi Subvarian XBB Picu Lonjakan Kasus Covid-19 di Akhir Tahun

Di beberapa negara, kasus Covid-19 subvarian XBB memiliki gejala ringan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, sejumlah negara kembali menghadapi peningkatan kasus Covid-19 akibat kemunculan subvarian XBB. Subvarian inipun diprediksi akan menjadi subvarian penyebab kembalinya lonjakan kasus.

Wiku mengatakan, berbagai ahli di Amerika Serikat dan WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB ini bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun. Subvarian XBB telah meningkat jumlahnya secara signifikan di Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Denmark, juga di beberapa negara Asia yaitu Singapura, Bangladesh, India, dan Jepang.

Baca Juga

“Berbagai ahli di AS maupun WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (27/10/2022).

Namun, kata dia, belum ada bukti bahwa subvarian ini lebih berbahaya secara klinis dari varian atau subvarian sebelumnya. Selain itu, di beberapa negara, kasus subvarian XBB memiliki gejala ringan dan lebih cepat untuk pulih.

Di Indonesia sendiri, Kemenkes sudah mengumumkan ada empat kasus subvarian XBB saat ini. Namun jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya di Asia, Indonesia masih menjadi negara dengan penambahan kasus mingguan yang lebih rendah, yaitu 14 ribu kasus dalam satu minggu.

“Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan Jepang yang mencapai 200 ribu kasus,” ujarnya.

Kendati demikian, Wiku meminta agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan mengingat dalam 4 minggu terakhir terdapat kenaikan kasus positif mingguan di Indonesia sebesar 17 persen. Kasus aktif harian meningkat sebesar 11 persen dan kematian yang masih lebih dari 100 kematian setiap minggunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement