Kamis 20 Oct 2022 03:07 WIB

Guru Besar Farmasi Tanggapi Penghentian Sementara Obat Cair

Guru Besar Farmasi UGM sebut hubungan obat cair dan gagal ginjal masih jadi misteri

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dokter menuang obat sirup (ilustrasi).  IDAI memberi rekomendasi untuk tidak menggunakan paracetamol sirup untuk anak.
Foto: Freepik
Dokter menuang obat sirup (ilustrasi). IDAI memberi rekomendasi untuk tidak menggunakan paracetamol sirup untuk anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Prof Dr Zullies Ikawati, angkat suara perihal instruksi Kementerian Kesehatan RI dan imbauan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk menyetop sementara penggunaan obat berbentuk sirup cair. Imbauan tersebut dikeluarkan sebagai kewaspadaan atas temuan gangguan ginjal akut progresif atipikal yang mayoritas menyerang usia anak di Indonesia.

"Bisa dipahami bahwa hal ini adalah untuk kehati-hatian, sambil menunggu hasil investigasi pihak-pihak yang berwenang mengenai keterkaitan kejadian gagal ginjal akut dengan penggunaan sirup parasetamol," ujarnya saat dikonfirmasi Republika, Rabu (19/10/2022).

Namun, sambungnya, ada beberapa hal yang ia soroti. Pertama, parasetamol sebagai obat demam dan nyeri masih aman jika digunakan sesuai dosis dan indikasi.

"Namun untuk saat ini, jika benar-benar diperlukan, disarankan tidak dalam bentuk sirup/drop. Bisa digunakan dalam bentuk puyer atau tablet tapi pahit," ungkapnya.

Rasa pahit yang ada pada tablet dan puyer lantaran parasetamol yang sukar larut. Sehingga, dibutuhkan bahan tambahan sebagai pelarut.

"Yang sering digunakan adalah propilen glikol atau gliserin. Propilen glikol maupun glyserin masih dimungkinkan mengandung cemaran etilen glikol(EG) dan dietilen glikol (DEG) sampai batas tertentu yang dibolehkan," ujarnya.

Oleh karenanya, industri farmasi harus memastikan bahwa bahan bakunya minim atau bebas cemaran sebelum diformulasi. Karena, EG dan DEG inilah yang diduga biang keroknya yg menyebabkan gagal ginjal akut jika terdapat di atas batas yang dibolehkan.

Menurut Prof Zullies, sebenarnya hubungan langsung antara kejadian gagal ginjal akut dengan konsumsi sirup parasetamol masih menjadi misteri. Karena, obat sirup parasetamol banyak yang sudah ada sejak bertahun-tahun laku tanpa perubahan formula.

"Dan itu digunakan aman-aman saja, kenapa tiba-tiba baru belakangan ini muncul gangguan ginjal akut, yang kok ya hampir berbarengan kejadiannya dengan Gambia. Jadi, ada berbagai kemungkinan lain penyebab kejadian gagal ginjal akut, yang benar-benar perlu dicek pada pasien," tuturnya.

"Misalnya jika benar terdeteksi ada ca oksalat di ginjal yang merupakan metabolit dari etilen glikol, perlu dicek juga asupan makanan pasien, karena asam oksalat juga bisa berasal dari makanan. Ataukah mungkin karena infeksi tertentu seperti leptospirosis yang juga banyak muncul di musim hujan," sambungnya.

Namun, untuk kehati-hatian, untuk sementara ikuti dulu saran dari lembaga-lembaga resmi untuk menghindari bentuk sirup sampai diperoleh hasil yang lebih pasti.

Ia meminta orang tua tetap menjaga kesehatan anak."Jaga kesehatan anak dengan memberikan makan sehat, istirahat cukup, lagi musim hujan jadi jaga jangan main-main terlalu ekstrim. Kalau demam, bisa gunakan kompres dulu, atau pakai parasetamol puyer atau bentuk lain. Jika pahit, bisa minta ditambahkan pemanis yang aman untuk anak," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement