Kamis 22 Sep 2022 12:01 WIB

Malaria Menyebar di Antara Pengungsi Banjir Bandang Pakistan

Korban banjir Pakistan diancam wabah malaria.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Hafil
 Malaria Menyebar di Antara Pengungsi Banjir Bandang Pakistan. Foto: Korban banjir besar akibat hujan monsun menunggu untuk menerima bantuan yang diberikan oleh partai politik Allah-o-Akbar Tehreek, di Quetta, Pakistan, Minggu, 11 September 2022. Sejak Juni, hujan lebat dan banjir menambah tingkat banjir baru. kesedihan untuk Pakistan yang kekurangan uang dan menyoroti efek yang tidak proporsional dari perubahan iklim pada populasi miskin.
Foto: AP Photo/Arshad Butt
Malaria Menyebar di Antara Pengungsi Banjir Bandang Pakistan. Foto: Korban banjir besar akibat hujan monsun menunggu untuk menerima bantuan yang diberikan oleh partai politik Allah-o-Akbar Tehreek, di Quetta, Pakistan, Minggu, 11 September 2022. Sejak Juni, hujan lebat dan banjir menambah tingkat banjir baru. kesedihan untuk Pakistan yang kekurangan uang dan menyoroti efek yang tidak proporsional dari perubahan iklim pada populasi miskin.

REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Kasus malaria merajalela di daerah-daerah yang dilanda banjir di Pakistan. Pihak berwenang pada Rabu (21/9/2022) mengatakan, jumlah kematian akibat penyakit malaria mencapai 324 orang.

Ratusan ribu orang yang terlantar akibat banjir dan tinggal di tempat terbuka. Sementara genangan air banjir masih belum surut. Banjir yang tersebar luas ke sejumlah daerah di Pakistan membutuhkan waktu dua hingga enam bulan untuk surut. Menggenangnya air banjir telah menyebabkan meluasnya kasus infeksi kulit dan mata, diare, malaria, demam tifoid dan demam berdarah.

Baca Juga

Para pengungsi sangat membutuhkan pasokan makanan, tempat tinggal, bantuan medis dan obat-obatan. Beberapa pengungsi mengatakan, mereka belum menerima bantuan dari pemerintah maupun organisasi kemanusiaan. Rapuhnya sistem kesehatan Pakistan dan kurangnya dukungan bantuan, membuat pengungsi terpaksa minum dan memasak dengan air yang tidak aman.

 "Kami tahu itu bisa membuat kami sakit, tapi apa yang harus dilakukan, kami harus meminumnya agar tetap hidup," kata seorang korban banjir, Ghulam Rasool kepada televisi lokal, Geo News.

Direktur Mercy Corps untuk Pakistan, Farah Naureen sudah mengunjungi beberapa daerah yang terendam banjir. Dia mengatakan, distribusi bantuan sangat lambat.

“Kita perlu bekerja secara terkoordinasi untuk menanggapi kebutuhan mendesak mereka,” kata Naureen.

Naureen mengatakan, prioritas bantuan adalah pasokan air minum bersih.  Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan paling penting bagi pengungsi. Kementerian Keuangan Pakistan telah menyetujui anggaran sebesar 10 miliar rupee atau 42 juta dolar AS untuk pengadaan pasokan bantuan banjir dan logistik lainnya. 

Pemerintah Provinsi Sindh mengatakan, fasilitas kesehatan darurat dan kamp mobil di daerah banjir telah merawat lebih dari 78 ribu pasien dalam 24 jam terakhir, dan lebih dari 2 juta sejak 1 Juli. Pemerintah mengkonfirmasi 665 kasus malaria baru di antara keluarga pengungsi internal selama periode yang sama, dengan 9.201 kasus lain yang dicurigai. Pemerintah menambahkan, lebih dari 19.000 pasien menjalani skrining dalam 24 jam terakhir di seluruh provinsi. Berdasarkan hasil skrining, 4.876 orang positif malaria.

Direktur Jenderal Layanan Kesehatan untuk provinsi Balochistan barat daya, Noor Ahmed Qazi, mengatakan malaria menyebar sangat cepat di daerah yang luas di sekitar perairan yang tergenang. Data PBB menunjukkan, 44.000 kasus malaria dilaporkan minggu ini di provinsi selatan.

“Kami menerima pasien malaria dalam jumlah besar setiap hari di kamp-kamp medis dan rumah sakit. Kami membutuhkan lebih banyak obat-obatan dan alat tes di daerah yang dilanda banjir," ujar Qazi.

Kematian akibat penyakit malaria tidak termasuk di antara 1.569 orang yang tewas dalam banjir bandang. Musim hujan yang intens menurunkan hujan sekitar tiga kali lebih banyak di Pakistan daripada rata-rata tiga dekade sebelumnya. Pencairan glasial menyebabkan banjir bandang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ilmuwan mengatakan bencana itu diperburuk oleh perubahan iklim.

Banjir bandang telah mempengaruhi hampir 33 juta orang dari total 220 juta jiwa di Pakistan. Banjir menyapu bersih rumah, tanaman, jembatan, jalan dan ternak dengan kerugian yang diperkirakan mencapai 30 miliar dolar AS. Pemerintah mengatakan, kerugian ekonomi kemungkinan akan memangkas pertumbuhan PDB hingga 3 persen, dari perkiraan 5 persen untuk tahun keuangan 2022-2023. n. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement