Ahad 21 Aug 2022 05:57 WIB

Dulu Pernah Tuding Islam Intoleran, Mualaf Riche: Justru Toleransi Muslim Pintu Hidayahku

Mualaf Riche terpikat dengan toleransi dan kerukunan yang ditunjukkan umat Islam

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Riche Prasetyo. Mualaf Riche terpikat dengan toleransi dan kerukunan yang ditunjukkan umat Islam
Foto: Dok Istimewa
Riche Prasetyo. Mualaf Riche terpikat dengan toleransi dan kerukunan yang ditunjukkan umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Seorang mualaf, Riche Prasetyo, menuturkan perjalanannya dalam menemukan hidayah Allah SWT.

Dikutip dari dokumentasi Harian Republika, lelaki yang kini berusia 40 tahun itu bercerita, pernah mengalami ke baikan orang-orang Muslim.

Baca Juga

Begitu tulus perbuatan baik mereka kepada dirinya, yang kala itu masih beragama non-Islam. Bermula dari berita duka yang diterimanya. Hari itu, bibinya dikabarkan meninggal dunia. Riche, istri, dan anaknya lantas menghadiri proses pengurusan jenazah sang mendiang.

Semua berlangsung lancar hingga tiba sesi pemakaman. Waktu itu, pihak keluarga sudah tiba di lokasi kuburan. Saat peti mati didekatkan pada liang lahat, tiba-tiba datanglah beberapa orang yang mengaku sebagai pengelola kawasan makam.

Mereka berupaya mencegah pemakaman bibi Riche. Alasannya, mendiang semasa hidupnya tidak mengikuti aliran religius atau denominasi yang sejalan dengan mereka. Padahal, mendiang dan mereka menganut agama non-Islam yang sama.

Keluarga lalu menghubungi pihak pengurus tempat ibadah di mana bibi Riche dahulu menjadi seorang jemaatnya. Sayangnya, pihak tersebut juga terkesan tidak berusaha untuk mendapatkan izin penguburan. Kian rumitlah persoalan yang ada. Di tengah kebingungan, keluarga dikejutkankedatangan sejumlah warga setempat.

Ia ingat, orang-orang Desa Jajak, Banyuwangi, Jawa Timur, itu berupaya menengahi perselisihan antara keluarga Riche dan pihak pengelola makam. Mereka mengaku telah bermusyawarah dan sepakat untuk mengizinkan lahan permakaman Muslim Desa Jajak sebagai lokasi kuburan sang mendiang.

Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya

 

Bukan hanya kesediaan. Bahkan, sejumlah warga desa itu bersedia menggali liang lahat. Mereka pun ikut menguburkan peti jenazah bibi Riche.

"Tetapi, saya merasa malu. Setelah selesai pemakaman, keluarga dan pengurus rumah ibadah dengan tidak ada perasaan bersalah menancapkan simbol agama (non-Islam) di kuburan bibi saya itu. Mereka juga berdoa bersama dengan ajaran mereka," ujar mualaf ini saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Riche saat itu merasa tidak enak hati sehingga enggan bergabung dengan keluarganya. Dia memilih berdiri agak jauh dari lokasi kuburan bibinya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement