Selasa 09 Aug 2022 23:19 WIB

Benarkah Laila Majnun Sosok Fiktif Alias Tak Nyata? Ini Sekelumit Informasinya 

Laila majnun merupakan sosok nyata yang pernah hidup pada Abad Pertengahan

Ilustrasi masa Laila majnun hidup. Laila majnun merupakan sosok nyata yang pernah hidup pada Abad Pertengahan
Foto: Pixabay
Ilustrasi masa Laila majnun hidup. Laila majnun merupakan sosok nyata yang pernah hidup pada Abad Pertengahan

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pernah mendengar legenda kisah seorang lelaki yang mencintai Laila dengan sepenuh hati hingga lelaki tersebut dipanggil Majnun/ si gila? Yang dimaksud Laila Majnun bukan Laila yang gila, namun yang mencintai Laila sampai tergila-gila. 

Siapa lelaki itu? Menurut Al-Hafidz Adz-Dzahabi lelaki tersebut bernama Qais bin Mulawwih.  

Baca Juga

ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺩَﻭْﻟَﺔِ ﻳَﺰِﻳْﺪَ ﻭَاﺑْﻦِ اﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِ 

“Qais hidup di masa Dinasti (Bani Umayyah) di masa Yazid dan Ibnu Zubair.”

 

اﻟَّﺬِﻱ ﻗَﺘَﻠَﻪُ اﻟﺤُﺐُّ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﻰ ﺑِﻨْﺖِ ﻣَﻬْﺪِﻱٍّ اﻟﻌَﺎﻣِﺮِﻳَّﺔِ

“Qais ini adalah seorang laki-laki yang mati karena cinta kepada Laila, Putri Mahdi Al-Amiriyah.”

Seperti apa kecintaan Qais pada Laila dan kapan cinta mereka bermula?

 ﺇِﻥَّ اﻟﻤَﺠْﻨُﻮْﻥَ ﻋَﻠِﻖَ ﻟَﻴْﻠَﻰ ﻋَﻼَﻗَﺔَ اﻟﺼِّﺒَﺎ، ﻭَﻛَﺎﻧَﺎ ﻳَﺮْﻋَﻴَﺎﻥِ اﻟﺒَﻬْﻢَ

“Cinta Qais si gila kepada Laila seperti hubungan cinta anak kecil. Keduanya (bertemu) menggembala kambing.” 

ﻭَﻳُﻘَﺎﻝُ: ﺇِﻥَّ ﻗَﻮْﻡَ ﻟَﻴْﻠَﻰ ﺷَﻜَﻮُا اﻟﻤَﺠْﻨُﻮْﻥَ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥِ، ﻓَﺄَﻫْﺪَﺭَ ﺩَﻣَﻪُ، ﻭﺗﺮﺣَّﻞ ﻗَﻮْﻣُﻬَﺎ ﺑِﻬَﺎ

“Konon, masyarakat Laila melaporkan Qais si gila ini kepada Raja. Ia pun dihukum. Mereka membawa pergi Laila dari Qais.” 

ﻭَﺟَﺰِﻋَﺖْ ﻫِﻲَ ﻟِﻔِﺮَاﻗِﻪِ ﻭَﺿَﻨِﻴَﺖْ

“Laila pun bersedih karena berpisah dengan Qais” 

ﻓَﻬَﺎﻡَ ﻓِﻲ اﻟﻔَﻼَﺓِ، ﻓﻮﺟِﺪَ ﻣَﻴْﺘﺎً ﻓَﺎﺣْﺘَﻤَﻠُﻮْﻩُ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺤَﻲِّ ﻭﻏﺴَّﻠﻮﻩ ﻭَﺩَﻓَﻨُﻮْﻩُ، ﻭَﻛَﺜُﺮَ ﺑُﻜَﺎءُ اﻟﻨِّﺴَﺎءِ ﻭَاﻟﺸَّﺒَﺎﺏِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ

“Qais si gila berjalan tak tau arah di sebuah tanah lapang luas. Ternyata dia ditemukan telah mati. Mereka membawanya ke perkampungan, memandikan dan menguburkannya. Para pemuda dan wanita menangisi kematian Qais.” (Siyar A'lam An-Nubala' 4/551)      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement