Jumat 08 Jul 2022 03:34 WIB

UMM-BNPT Komitmen Bersama Atasi Terorisme

Pada kenyataannya terorisme dan agama sama sekali tidak berkaitan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar melakukan kunjungan ke UMM, beberapa waktu lalu.
Foto: Dok. Humas UMM
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar melakukan kunjungan ke UMM, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan komitmen bersama untuk mengatasi terorisme di lingkungan kampus. Hal ini ditunjukkan melalui kunjungan Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar ke UMM, Rabu (6/7/2022) lalu.

Pada kunjungan tersebut, Boy mengatakan, aksi terorisme seringkali menjual narasi-narasi berkedok agama. Padahal pada kenyataannya terorisme dan agama sama sekali tidak berkaitan. 

Baca Juga

Para teroris biasanya menggunakan agama agar politik yang mereka jalankan berhasil. Para teroris biasanya memasukan ideologi-ideologi yang tidak baik ini melalui beberapa kajian yang rutin diadakan. 

Untuk menanggulanginya, BNPT bekerja sama dengan para ulama di Indonesia untuk mengatasi kesimpangsiuran nilai agama yang mereka bawa. "Salah satu ulama yang selalu kami minta pendapat adalah Buya Syafii Maarif,” katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (7/7/2022).

Selain penyalahgunaan narasi agama, Boy juga menjelaskan beberapa karakteristik yang biasanya dibawa oleh para teroris. Karakteristik tersebut meliputi anti kemanusiaan, penggunaan kekerasan ekstrim dan transnational ideology. Kemudian juga menggunakan isu-isu intoleran, radikal, ekslusif dan anti-konstitusi negara serta anti-ideologi Pancasila.

Para teroris juga memiliki beberapa pola propaganda yang biasanya mereka pakai. Pertama, sikap anti Pancasila yang menggiring pada ketidakteguhan akan dasar negara. Kedua, ajaran paham takfiri yang mengkafirkan orang-orang beda agama maupun ideologi.

Poin ketiga, yakni ada sikap eksklusif terhadap lingkungan atau perubahan. Kemudian yang terakhir adalah adanya ajaran intoleransi terhadap keragaman dan pluralitas.

Berdasarkan survei Urvey Alvara Research 2020, sebanyak 30 Juta penduduk Indonesia berpotensi terpapar radikalisme. Oleh karena itu, selain meningkatkan peranan tokoh agama perlu juga adanya sinergitas antara semua elemen yang ada di masyarakat. 

Penguatan nilai kebangsaan juga selalu diupayakan. Salah satunya dengan acara-acara yang diselenggarakan di sederet kampus. Boy yakin narasi kerja sama yang dibangun dengan UMM akan membuahkan hasil yang positif.

Sementara itu, Rektor UMM Fauzan, mengatakan, dalam menjalankan perguruan tinggi, UMM selalu melibatkan berbagai golongan masyarakat lintas agama. Kerja sama ini dibangun dalam rangka memupuk kesadaran pada mahasiswa maupun sivitas akademika. Dalam hal ini mengenai Indonesia bisa maju dengan gotong royong yang baik antar-golongan.

Untuk menghindari masuknya ideologi-ideologi yang negatif, UMM juga telah mengupayakan beragam hal. Salah satunya melalui pendampingan terhadap kegiatan-kegiatan agama. Selain itu, juga bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat untuk mendampingi mahasiswa dan melaporkan jika ada hal-hal atau aktivitas yang mencurigakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement