Ahad 15 May 2022 20:30 WIB

Cegah Bencana di Pesisir Indonesia dengan Rehabilitasi Mangrove

Ekosistem mangrove dapat menjadi penyangga untuk mengurangi dampak bencana alam. 

Aktivis lingkungan dan relawan Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menanam bibit mangrove di hutan ekowisata, Gampong Baroe, Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (5/3/2022). Penanaman mangrove di kawasan ekowisata yang memiliki luas sekitar 300 hektere lebih itu untuk menjaga dan mencegah daerah tersebut dari abrasi dan erosi, menjadi daerah penyangga, serta menjadi fungsi biologi dan ekonomis.
Foto:

Rehabilitasi mangrove

Laporan UNDRR Asia-Pasifik pada 2020 juga menyoroti bahwa wilayah pesisir Indonesia yang mengalami erosi dan banjir seperti utara Jawa memerlukan kombinasi inovatif dari rehabilitasi mangrove dan langkah teknis untuk mendorong pelestarinya kembali wilayah pesisir.

Langkah teknis itu harus dilakukan bersamaan juga dengan pendekatan sosial ekonomi untuk menghindari konversi kembali wilayah mangrove yang sudah direhabilitasi. Salah satunya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di wilayah pesisir dengan adanya solusi akuakultur yang berkelanjutan.

Masyarakat kemudian menjadi salah satu mitra penting dalam upaya rehabilitasi mangrove itu, ujar Ilman. Dia mengatakan, bahwa sebagian besar atau hampir seluruh konversi mangove memiliki kaitan erat dengan mata pencaharian dan penghidupan masyarakat sekitar. 

Untuk itu, perlu dilakukan pendekatan untuk memastikan bahwa kesejahteraan masyarakat tetap terjaga di tengah melakukan upaya rehabilitasi. Tidak hanya itu, upaya mengembalikan sabuk hijau di pesisir juga terkait erat dengan isu status lahan.Kedua faktor itu, ujar dia, membuat kerja sama dengan masyarakat menjadi penting. 

Karena, tanpa kolaborasi dengan warga di wilayah sekitar titik rehabilitasi maka dapat berpotensi menghambat upaya-upaya yang dilakukan. "Secara umum kalau di Indonesia, pendekatan yang paling tepat tentunya adalah tidak langsung melakukan restorasi. Tapi diskusi dulu dengan masyarakat untuk mengidentifikasi faktor utama hilangnya mangrove dan kuncinya di situ," kata dia.

Dalam dialog dengan masyarakat, berhasil ditemukan faktor utama penyebab hilangnya mangrove, penanggulangandan solusinya. Upaya rehabilitasi yang melibatkan masyarakat juga coba didorong oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), salah satunya lewat program Desa Mandiri Peduli Mangrove.

Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRGM Myrna Safitri menjelaskan, bahwa dengan Desa Mandiri Peduli Mangrove pihaknya berusaha menghubungkan antara model partisipasi berbasis kelompok kerja yang dihubungkan dengan desa. Hal itu dilakukan karena desa merupakan lokus pemerintah paling terkecil yang berada di tingkat tapak. 

Dengan program itu, terus didorong integrasi kegiatan rehabilitasi mangrove ke dalam rencana pembangunan desa, termasuk juga pengaturan kelembagaan di tingkat desa. Menurut Myrna, terdapat 220 desa yang telah terlibat dalam Desa Mandiri Peduli Mangrove sampai dengan 2021 dengan penambahan direncanakan akan terus dilakukan pada tahun ini.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement