Senin 09 May 2022 07:20 WIB

Gelombang Tsunami Itu Bernama Pemudik

Pemerintah melakukan sejumlah kebijakan untuk menangani mudik dan arus balik.

Sejumlah kendaraan yang didominasi pemudik melintas di jalur Pantura Karawang, Jawa Barat, Ahad (8/5/2022).  Pada H+5 Lebaran, arus lalu lintas di jalur Pantura Karawang menuju Jakarta terpantau padat.
Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar
Sejumlah kendaraan yang didominasi pemudik melintas di jalur Pantura Karawang, Jawa Barat, Ahad (8/5/2022). Pada H+5 Lebaran, arus lalu lintas di jalur Pantura Karawang menuju Jakarta terpantau padat.

Oleh : Agus Yulianto, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Euforia mudik pada Lebaran 1443 H atau 2022 Masehi, sungguh mencengangkan. Betapa tidak, ada lebih dari 85 juta orang yang melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun ini. Adalah wajar, karena mudik kali ini merupakan akumulasi dari dua tahun lamannya ummat muslim tidak melakukan perjalanan pulang kampung karena terhadang pandemi Covid-19.

Di sisi lain, jumlah 85 juta pemudik itu, ibarat sebuah 'gelombang tsunami'. Jutaan moda transportasi darat, laut, dan udara bergerak dalam waktu yang bersamaan menggangkut jutaan orang ke berbagai wilayah di Tanah Air.

Bisa dibayangkan, budaya mudik di Tanah Air ini barangkali menjadi yang terbesar di dunia, khususnya di negara-negara Islam. Hanya dalam hitungan sekitar 10 hari sebelum dan sesudah Lebaran 1443 H, jutaan umat manusia bergerak bersamaan.

Tentunya, hal itu bukan tanpa risiko besar, khususnya menyangkut keamanan dan keselamatan manusia. Layaknya gempa bumi yang berpotensi tsunami seperti di Aceh, maka jika tanpa dilakukan persiapan yang maksimal dari para pemangku hajat, hasilnya adalah korban meninggal dunia yang fantastis, ratusan ribu orang meninggal.

 

Begitupun terkait dengan arus mudik dan balik Lebaran 1443 H sekarang ini, dimana puluhan juta orang bergerak dalam satu waktu yang sama. Maka bisa dibayangkan, jika pemerintah tidak melakukan manajemen risiko yang baik dalam mengatasi dampak dari mudik kali ini, tuntunya 'tsunami Aceh' akan berulang.

Karenanya, kita patut mengapresiasi kinerja para pemangku kepentingan seperti Polri, TNI, Kementerian Perhubungan, Jasa Marga, Rumah Sakit, pemerintah daerah dan lain-lain yang telah berbuat banyak. Sehingga, dampak mengerikan 'tsunami' lalu lintas pemudik ini tidak terjadi.

Mengutip data Jasa Raharja, jumlah korban kecelakaan lalu lintas dari 25 April hingga 2 Mei 2022, menurun dibandingkan jumlah di 2019. Tercatat bahwa jumlah korban luka-luka kecelakaan selama masa Lebaran 2022 berjumlah 3.194 orang.

Jumlah itu, menurun 22 persen dari angka 4.083 orang pada 2019. Sedangkan untuk korban meninggal dunia, jumlahnya sebanyak 441 jiwa atau menurun 46 persen dari 824 jiwa pada tahun 2019.

Sedangkan sebaran kasus kecelakaan lalu lintas di musim lebaran kali ini, dari 29 provisi yang ada, pulau Jawa masih mendominasi tingginya akan kecelakaan yang menyebabkan kematian. Disusul kemudian oleh Sumatra dan Kalimanan. Memang, kecelakaan lalu lintas itu tidak hanya akibat dari kecelakaan yang menimpa pemudik saja, tapi juga kecelakaan lokal.

Hanya saja, jumlah korban lalu lintas kecelakaan terbanyak pada tahun ini berada di region Jawa, dengan korban meninggal dunia sebanyak 218 jiwa dan luka-luka sebanyak 2.002 orang. Bila dibandingkan dengan provinsi lainnya, menurut data Kementerian Perhubungan, maka arus mobilitas masyarakat selama mudik 2022 sebagian besar berlangsung di Pulau Jawa, menurut data Kementerian Perhubungan. Tren yang sama juga terjadi di tahun 2019.

Dari data itu juga disebutkan, hampir seluruh wilayah mencatatkan penurunan jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka. Kecuali Maluku, yang mencatatkan peningkatan korban luka-luka sebanyak 29 orang di tahun ini, naik dari 9 orang di 2019.

Terkait kecelakaan lalu lintas di musim Lebaran 1443 H ini, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, secara keseluruhan, jumlah kecelakaan di tol maupun non-tol mencapai 2.945 kasus. Angka itu pun turun satu persen bila dibandingkan periode mudik 2021 meski adanya kebijakan larangan mudik bagi masyarakat.

"Jumlah korban meninggal dunia, luka ringan mengalami penurunan. Untuk luka berat ada peningkatan," ujarnya.

Dia menyebut, sepanjang musim arus mudik Lebaran 2022 terjadi 51 kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Angka tersebut, merupakan hasil rekapitulasi mulai 23 April hingga 2 Mei 2022. Sementara kecelakaan di jalan non-tol terjadi sebanyak 2.894 kejadian.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun mengapresiasi kinerja bawahannya di lapangan dan pihak-pihak terkait dalam pengamanan arus lalu lintas pada musim lebaran kali ini. Sebab, melalui kordinasi dan kerja tim, arus mudik dan balik Lebaran 2022, menjadi lebih baik.

Meski demikian, Listyo mengatakan, akan terus melakukan evaluasi rekayasa lalu lintas selama arus mudik dan lebaran ini. Evaluasi itu diharapkan menjadi bahan bagi penanganan hari-hari besar keagamaan dan nasional lainnya.

Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan, kesadaran masyarakat dalam menaati peruaturan dan himbauan petugas menjadi sangat penting ini. Apalagi, pelaksanaan dan pengendalian mudik Lebaran 2022 dilakukan secara humanis dan persuasif.

Para pemudik pun sumringah bisa berkumpul dengan sanak familinya di kampung halaman. Suasana desa pun kembali hidup dan ekonomi pun bergeliat setelah dua tahun redup akibat pandemi Covid-19. Terima kasih pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement