Sabtu 30 Apr 2022 17:48 WIB

Makin Banyak Wanita Muslim Jadi Pemengaruh di Amerika Latin

Pemengaruh Muslim di Amerika Latin memperkenalkan dan menjelaskan Islam.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Seorang influencer atau pemengaruh di Meksiko, Nallely Khan. Makin Banyak Wanita Muslim Jadi Pemengaruh di Amerika Latin
Foto: Arab News
Seorang influencer atau pemengaruh di Meksiko, Nallely Khan. Makin Banyak Wanita Muslim Jadi Pemengaruh di Amerika Latin

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Semakin banyak wanita Muslim di Amerika Latin yang kini menjadi Influencer Online. Degan jutaan kali tayang, video wanita Muslim Amerika Latin yang berbicara tentang keyakinan mereka dan menunjukkan kehidupan pribadi mereka telah menjadi semakin umum di media sosial dalam beberapa tahun terakhir. 

Diantara yang berhasil dalam memanfaatkan perkembangan digital adalah Mariam Chami. Ia adalah Influencer sekaligus ahli gizi berusia 31 tahun dari kota Sao Paulo, Brasil. Ayahnya berasal dari Lebanon dan Ibunya dari Brasil yang menjadi mualaf.  Chami mendapatkan pendidikan di sekolah Muslim, dan ia pun merasakan tantangan mengenakan jilbab di negara mayiritas Katolik. 

Baca Juga

“Pada awalnya, saya membuat video untuk gadis-gadis Muslim yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang agama. Tapi kemudian saya mulai memproduksi konten dengan tujuan menjelaskan Islam dan mengurangi prasangka yang dimiliki orang Brasil terhadap Muslim," kata Chami seperti dilansir Arab News pada Sabtu (30/4/2022).

Ia telah diikuti 1,1 juta orang di TikTok. Chami membahas topik kontroversial seperti burkini yang mencapai 900 ribu kali tayang. Atau tentang  saudara iparnya yang juga muslim tapi tidak memakai hijab. Menariknya Chami melakukan semua itu dengan humor.

“Saya didukungan oleh komunitas saya dan oleh para pemimpin agama. Mengingat saya menjangkau banyak orang, saya bersama dengan influencer Muslim lainnya memerangi intoleransi agama dengan pekerjaan saya, dan membuat lebih banyak orang mengagumi agama kami," katanya.

Salah satu perhatian Chami adalah untuk menunjukkan bahwa perempuan Muslim bukanlah korban tertindas laki-laki, sesuatu yang muncul di benak banyak orang Amerika Latin ketika mereka melihat seorang perempuan berhijab. Sebab menurunya gerakan feminis di Brasil masih memupuk prasangka semacam itu.

“Saya percaya feminisme itu selektif. Ini memperjuangkan hak seorang wanita untuk menjadi apa pun yang dia inginkan, tetapi jika dia memutuskan untuk menjadi Muslim dan mengenakan pakaiannya (Islam), dia dikesampingkan dan ditindas oleh wanita (feminis) itu,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement