Selasa 26 Apr 2022 21:53 WIB

Bambang Brodjonegoro: Investasi Infrastruktur Digital Masih Perlu

Kekurangan infrastruktur dasar menjadi tantangan utama di Indonesia.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Lead Co-Chairs T20 Bambang PS Brodjonegoro (kiri). Bambang mengatakan investasi lebih lanjut dalam infrastruktur digital masih diperlukan.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Lead Co-Chairs T20 Bambang PS Brodjonegoro (kiri). Bambang mengatakan investasi lebih lanjut dalam infrastruktur digital masih diperlukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lead Co-Chair T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan investasi lebih lanjut dalam infrastruktur digital masih diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi digital, terutama bagi negara-negara anggota G20.

"Khususnya investasi pada jaringan pita lebar berkecepatan tinggi yang sangat penting untuk mendukung ekonomi digital G20 yang inovatif dan inklusif," kata Bambang Brodjonegoro dalam webinar Smarter World Innovation Challenge, di Jakarta, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga

Untuk bertransformasi secara digital, kekurangan infrastruktur dasar seperti listrik, internet, dan jaringan pita lebar berkecepatan tinggi cenderung masih menjadi tantangan utama di Indonesia. Selain itu, hambatan lain berupa letak geografis, administrasi, dan ketidakpastian peraturan.

"Transformasi digital perlu disertai dengan pedoman dan peraturan agar transformasi dapat meningkatkan keamanan, meningkatkan efisiensi, dan mengatasi tantangan sosial dan organisasi yang muncul," imbuh Bambang.

Transformasi digital di Indonesia juga menghadapi tantangan karena belum sepenuhnya inklusif atau menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Di samping itudari sisi pemerintah, ia memandang masih banyak yang mempertahankan teknologi yang ketinggalan zaman atau belum dimutakhirkan sehingga menyulitkan perusahaan yang ingin mengintegrasikan seluruh sistem usahanya dengan teknologi baru.

"Ancaman terhadap keamanan dunia maya juga meningkat ketika kita terus menggunakan sistem lama atau teknologi yang sudah ketinggalan zaman," katanya.

Selain itukurangnya pembaruan teknologi membuat sistem digital lebih rentan terhadap serangan dunia maya dan berpotensi membuat Indonesia kehilangan bakat baru yang muncul di pasar tenaga kerja digital. "Budaya tempat kerja yang saat ini cenderung stagnan menjadi penghambat transformasi digital," kata Bambang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement