Kamis 21 Apr 2022 12:40 WIB

Ramadhan yang Berbeda

Tahun ini dengan segala pelonggaran, Ramadhan terasa cepat akan berlalu.

Sejumlah umat Islam melaksanakan Shalat Tarawih di Masjid Raya Jakarta Islamic Center, Jakarta, Senin (18/4/2022). Masjid Raya Jakarta Islamic Center kembali menyelenggarakan Shalat Tarawih pada bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah umat Islam melaksanakan Shalat Tarawih di Masjid Raya Jakarta Islamic Center, Jakarta, Senin (18/4/2022). Masjid Raya Jakarta Islamic Center kembali menyelenggarakan Shalat Tarawih pada bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah. Republika/Putra M. Akbar

Oleh : Indira Rezkisari*

REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan tahun ini dirasakan betul perbedaannya dengan Ramadhan dua tahun terakhir. Akhirnya masyarakat bisa kembali memenuhi shaf di masjid, sholat tanpa pembatasan, meski masih diimbau untuk tetap menggunakan masker.

Pusat perbelanjaan dan restoran juga ramai sejak hari pertama puasa. Kalau dua tahun sebelumnya, masyarakat menahan diri berbuka puasa di luar rumah ramai-ramai, tahun ini suasananya berbeda.

Baca Juga

Undangan berbuka puasa tahun ini sungguh ramai. Ajang silaturahim itu buat saya menjadi kesempatan bersyukur karena Ramadhan kali ini bisa bertatap muka secara langsung.

Penurunan kasus Covid-19 disertai berbagai pelonggaran memang membuat masyarakat berani menjalani Ramadhan dengan suka cita. Apalagi situasinya jauh berbeda. Rata-rata penduduk di Indonesia setidaknya sudah divaksinasi lengkap dua dosis, beberapa bahkan sudah divaksinasi booster.

Ditambah lagi pemerintah beberapa kali mengumumkan hasil serosurvei atau survei mengenai kadar antibodi Covid-19 penduduk Indonesia. Hasilnya, intinya, rata-rata sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi. Alami atau diperoleh karena pernah terpapar atau hasil vaksinasi.

Maka, Ramadhan tahun ini berbeda. Waktu tanpa terasa cepat bergulir. Tidak terasa kita sudah mendekati Hari Raya Idul Fitri.

Agaknya ada harapan baik tentang hidup berdampingan dengan Covid-19 benar-benar sudah kita bisa bayangkan. Di luar negeri malah sejumlah negara sudah memberlakukan aturan bebas bermasker. Beberapa negara setelah dihantam badai Omicron dengan hingga ratusan ribu kasus Covid-19 dalam satu hari, seperti Korea, mulai mengumumkan pelonggaran aktivitas masyarakat.

Ya, dunia akhirnya kembali menunjukkan titik terangnya bagi penduduknya. Dan waktu tersebut datang bertepatan dengan hadirnya bulan suci Ramadhan.

Keistimewaan Ramadhan bisa dilihat pada surat Al-Baqarah ayat 185. Allah SWT berfirman, "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

Sepenggal ayat tersebut mengatakan, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

Mungkin, saat ini ketika kasus Covid-19 sedang rendah, Allah sedang memberikan kemudahan bagi umat-Nya. Dua tahun sebelumnya Allah sudah menguji kita dengan kesukaran wabah Covid-19.

Memang betul tantangan masih ada di depan. Wabah ini masih jauh dari kata akhir. Potensi varian baru yang mengancam selalu ada.

Karena itu pemerintah seakan tak bosan mengingatkan publik untuk menjaga protokol kesehatannya dengan tetap ketat dan sedisiplin mungkin. Termasuk memastikan masyarakat sudah divaksinasi.

Memang kebijakan pemerintah kesannya ‘’unik’’. Di awal Ramadhan, Satgas mengatakan untuk mencegah kenaikan kasus masyarakat boleh buka bersama tapi tidak boleh saling berbicara. Beragam meme pun muncul dari pernyataan tersebut.

Atau yang terbaru, masyarakat boleh menggelar halal bihalal Lebaran tapi saat acara tersebut masyarakat tidak boleh makan dan minum. Meski terkesan aneh, karena halal bihalal identik dengan makan bersama, namun maksudnya baik.

Yaitu, supaya masyarakat berhati-hati ketika bersilaturahmi. Maksud pemerintah jangan sampai ajang mudik dan Lebaran tahun ini yang diyakini akan menimbulkan mobilitas tinggi publik menyebabkan kasus Covid-19 kembali naik.

Apalagi target vaksinasi lansia di Indonesia masih jauh dari harapan. Sedangkan mereka adalah kelompok paling berisiko bila sampai terpapar Covid-19.

Jadi jangan anggap sepele dulu imbauan pemerintah. Bagaimana pun virus corona jenis baru ini masih ada. 

Semoga Ramadhan yang terasa cepat tahun ini bisa kita lewati dengan penuh kesehatan, keberkahan, dan diisi dengan kegiatan produktif yang menambah amal pahala kita. Insyaallah kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan.

*Penulis adalah jurnalis Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement