Sabtu 02 Apr 2022 11:40 WIB

Eks PKI dan Keturunannya, Disudutkan atau Ditarik ke Lingkaran?

Karakter ideologi selalu berubah-ubah termasuk Komunisme

Ilustrasi Defile pasukan TNI. Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengusulkan agar anak keturunan PKI bisa mendaftar TNI.
Foto:

Oleh : Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015 dan mantan Waka BIN

Juche merupakan perpaduan Marxisme-Leninisme dengan nilai budaya Korea. Berbeda dengan negara komunis lain,seorang pemimpin partai sekaligus Presiden di Pyongyang dipilih secara turun temurun. 

Terlepas adanya persaingan antara PKC dan Partai Komunis Uni Soviet, partai  partai komunis pada masa itu diikat oleh solidaritas sebagai kekuatan progressif melawan Liberalisme/ Kapitalisme Barat.

Organisasi internasional yang menaunginya disebut dengan Komintern ( Komunis Internasional ) di bawah kendali Uni Soviet / RRC, yang secara rutin menyelenggarakan konggres secara periodik. Solidaritas di antara dua negara eks komunis tersebut masih terasa sampai sekarang, meskipun mengalami pasang surut. 

Sejak 1991, pengganti komintern adalah International League for People’s Struggle ( ILPS ) yang berkantor di Rotterdam, Belanda. Namun berbeda dengan Komintern yang dianggap berwibawa karena didukung secara finansial oleh negara ( komunis ), tetapi ILPS hanyalah suatu LSM. Dengan kata lain, kekuatan komunis internasional sangatlah  jauh dibanding dengan masa era Perang Dingin.  

Bagaimana dengan kekuatan komunis di Indonesia. Mereka itu adalah kader kader yang ditempa oleh tokoh-tokoh komunis setelah bebas dari tahanan di pulau Buru pada pertengahan 1980 sampai dengan pertengahan 1990-an. Instrukturnya antara lain Rewang, Mbah Sosro, Hutajulu, dan lain-lain.

Dalam buku yang saya tulis pada 2011 “ Ideologi paska reformasi “, kegiatan mereka saya kupas. Kekuatan komunis Indonesia , sejauh ini tidak berkiblat ke satu negara. 

Saya tidak khawatir berlebihan terhadap mereka, sehingga jika mereka melamar institusi pemerintah, tidaklah menjadi persoalan besar. Meskipun demikian, tidaklah bijaksana kalau mereka juga dibiarkan mempunyai dendam sejarah dan merasa tidak ada masalah pada masa lalu yang menimbulkan luka pihak lain. 

Kadang kadang saya  galau, misalnya membaca berita  adanya upaya untuk menghilangkan peranan tokoh agama  dari buku sejarah. Siapa pelakunya, para keturunan komunis ataukah kelompok politik lain misalnya yang terpengaruh oleh globalisme dan mendukung penyeragaman budaya global ? 

 

Barangkali pesan Jendral Andika Perkasa adalah perlunya kita menghilangkan luka lama untuk memperkokoh tali persatuan nasional. Berdasarkan asumsi dunia yang selalu berubah, lawan dari luar bisa datang dari pihak manapun.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement