Jumat 25 Mar 2022 05:07 WIB

Presiden Ukraina Yakin Pasukan Rusia Sudah Kekurangan Sumber Daya

Invasi Rusia dinilai tidak berjalan dengan lancar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung-gedung yang terbakar di Irpin, Ukraina selama invasi Rusia pada Senin, 21 Maret 2022.
Foto: AP/Maxar Technologies
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan gedung-gedung yang terbakar di Irpin, Ukraina selama invasi Rusia pada Senin, 21 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Penasihat kepresidenan Ukraina Oleksiy Arestovych mengatakan di banyak wilayah pasukan Rusia tidak memiliki cukup sumber daya untuk melanjutkan serangan mereka di Ukraina. Akibatnya daya gempur mereka pun berkurang.

"Pada dasarnya garis depan membeku, musuh di banyak wilayah tidak memiliki sumber daya untuk melanjutkan serangan," kata Arestovych dalam pernyataannya di televisi, Kamis (24/3).  

Baca Juga

Tampaknya invasi ke Ukraina memang tidak berjalan sesuai ekspektasi Presiden Vladimir Putin.Setelah menguasai daerah pinggir Kiev di hari pertama invasi, pasukan Rusia belum berhasil merebut ibu kota.

Ukraina tidak juga menyerah dan segera memberikan perlawanan sengit termasuk di kota-kota besar lainnya seperti Kharkiv dan Chernihiv. Rusia juga gagal menguasai penuh ruang udara Ukraina walau menggelar serangan masif pertahanan dan angkatan udara.

Konvoi pasukan Rusia terbentang puluhan kilometer sepanjang jalan tol dari Belarusia, menjadi target mudah bagi serangan dan serbuan tentara Ukraina. Pasukan Rusia hanya mendapat kemajuan sedikit di daerah yang dikuasai pemberontak.

 

Pemerintah negara-negara Barat mengatakan sepanjang perang tentara Rusia telah terhambat kekurangan pasokan, kesulitan mendapatkan makanan dan bahkan bakar dan tidak banyak memiliki peralatan tahan cuaca dingin.

Pada awal Maret lalu militer Rusia mengatakan mereka telah kehilangan 498 prajurit tapi tidak pernah lagi mengumumkan jumlah pasukannya mereka yang gugur. Sementara Pada Rabu (23/3) lalu NATO memprediksi sudah sekitar 15 ribu prajurit rusia yang tewas dalam pertempuran yang berlangsung selama empat pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement