Kamis 10 Mar 2022 15:20 WIB

Anang Hermansyah: Lagu Anak-Anak Semakin Tenggelam

Minimnya promosi membuat lagu anak-anak semakin tenggelam.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Musisi sekaligus produser Anang Hermansyah merasa prihatin dengan situasi saat ini, di mana anak-anak lebih mengenal dan sering menyanyikan lagu-lagu dewasa yang temanya tidak sesuai dengan perkembangan usia mereka.
Foto: republika/agung supriyanto.
Musisi sekaligus produser Anang Hermansyah merasa prihatin dengan situasi saat ini, di mana anak-anak lebih mengenal dan sering menyanyikan lagu-lagu dewasa yang temanya tidak sesuai dengan perkembangan usia mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah derasnya konten musik di dunia digital, lagu anak tampaknya masih saja terpinggirkan. Intensitas penyiaran lagu-lagu dewasa lebih sering diputar di berbagai media ketimbang lagu anak yang mendidik, sehingga tak heran jika anak lebih familiar dengan lagu-lagu bernuansa cinta atau patah hati.

Musisi sekaligus produser Anang Hermansyah merasa prihatin dengan situasi saat ini, di mana anak-anak lebih mengenal dan sering menyanyikan lagu-lagu dewasa yang temanya tidak sesuai dengan perkembangan usia mereka. Menurut Anang, eksistensi lagu anak-anak semakin tenggelam karena minimnya atensi dari berbagai pihak dalam mempromosikan lagu anak-anak.

Baca Juga

“Saya pikir setiap hari itu ada kok yang merilis lagu anak-anak entah itu di YouTube atau channel lain. Tapi apakah sekarang TV swasta atau platform yang pengaruhnya besar di masyarakat memberi ruang untuk mempromosikannya? Saya kira nggak,” kata Anang kepada Republika, Kamis (10/3/2022).

Anang kemudian menjelaskan bagaimana lagu anak di era 90-an atau awal 2.000 bisa begitu membekas di telinga anak. Salah satu alasannya karena akses publik pada channel dan konten musik masih terfokus pada televisi atau radio, sehingga ketika ada satu lagu meledak pasti dampaknya terlihat.

“Dulu itu kan channelnya nggak banyak, jadi publik itu perhatiannya terfokus pada satu. Ketika misalnya ada satu lagu anak enak didengar, bisa langsung meledak,” kata Anang.

Anang juga menyinggung bagaimana rumitnya politik anggaran dan politik aturan dari berbagai lembaga pemerintah dalam mengurusi musik. Untuk itu, jika lagu anak ingin kembali eksis seperti dulu, pemerintah dinilai perlu benar-benar serius campur tangan.

“Misalnya fokuskan dana negara sekian untuk kembangkan lagu anak. Gandeng semua media untuk bergerak dan bangun kesadaran bersama. Misalnya jam 7 pagi semua acara TV atau radio harus diisi oleh lagu anak, durasinya 30 menit. Ini kan bagian dari memajukan budaya dan karakter anak bangsa,” tegas Anang.

Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra, mengakui bahwa promosi dan sosialisasi sangat penting agar lagu anak-anak kembali eksis. Karena itu sebagai langkah awal, dia berencana untuk mensosialisasikan lagu-lagu anak yang lahir dari Kontes Cipta Lagu Anak 2022 (KILA) ke berbagai platform musik digital secara masif.

Kontes Cipta Lagu Anak 2022 sendiri merupakan kompetisi lagu anak yang diadakan Kemendikbud Ristek yang mencakup lomba cipta anak untuk kelompok usia 5-7 tahun dan 8-13 tahun. Lalu, lomba menyanyikan lagu anak untuk umur 5-7 tahun dan 8-13 tahun, serta kontes aransemen lagu tema KILA. 

“Nanti pemenangnya akan dibawa rekaman. Dan tentu kami akan berusaha untuk mensosialisasikannya, agar lagu-lagu anak bisa lebih banyak diputar dan diperdengarkan. Mungkin nanti bisa diputar di Spotify atau platform digital musik lainnya,” kata Ahmad Mahendra.

Selain platform digital, dia juga berencana menggandeng sekolah dan para guru untuk memperkenalkan lagu-lagu anak yang mendidik. Ini menjadi bagian dari ikhtiar pemerintah untuk menghidupkan kembali lagu anak, sehingga anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement