Jumat 25 Feb 2022 06:43 WIB

Permainan Strategi Bubarkan Proyek Gestapu/PKI

Bung Karno gagal mempengaruhi Jenderal Suharto dalam pertemuan mereka 2 Oktober 1965.

Ante Minyak di tahun 1965
Foto: Ridwan Saidi
Ante Minyak di tahun 1965

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Doktrin strategi Karel von Clausewitz rujukan saya saat saya mengajar 'Strategi Taktik' untuk  kader-kader HMI tahun 1964-1965 di latihan kepemimpinan HMI. Antara lain tentang perang adalah politik dengan senjata.

Politik adalah perang  tanpa senjata. Seenak apa pun bertahan lebih enak menyerang. Dan habiskan inisiatif bertahan lawan, sehingga mereka tak tau lagi apa yang mau dipertahankan dan tak tau pula mana yang mau mereka serang. Itu dapat dilihat sekarang dalam medan perang Laut China Selatan. China sudah kehilangan inisiatif. 

Pada tahun 1965 PKI sudah kehilangan inisiatif dalam gerakan politik, lalu menempuh jalan nekad menggerakan Gestapu/PKI. Sementara pemerintah Presiden Soekarno yang memberi angin pada PKI menciptakan musuh terlalu besar: Nekolim.  Sama seperti India srkarang vis a vis Islam, dan Ukraine vis a vis Rusia yang bukan sekedar karena soal pemasangan pipa gas saja, tapi ada pula soal agama.

Ormas Islam sendiri dalam posisi defensif menghadapi agresifitas PKI. Kegiatan yang aman dilakukan Halal bi Halal. Halal bi Halal  ternyata, berdasar Suara Muhammadiyah edisi  tahun 1926, telah bermula setidaknya pada tahun itu. 

Antre beras, antre minyak tanah, antre rokok menggerus popularitas Bung Karno. Antre minyak tanah pada mulanya yang mengantri orang, kemudian berganti dengan kaleng blék dan atau jerigen. Kemudian BBM pun sukar didapat. 

Ketika dalam tempo singkat Gestapu/PKI  berhasil dipatahkan TNI, wibawa Bung Karno yang dibinanya puluhan tahun langsung roboh. Bung Karno gagal mempengaruhi Jenderal Suharto dalam pertemuan mereka 2 Oktober 1965.

Dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini seharusnya kita membaca medan dengan cermat dan coba menganalisis berdasarkan  pengetahuan  strategi. Tidak cukup dengan narasi yang self entertaining.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement