Selasa 22 Feb 2022 14:18 WIB

Menlu Italia: Diplomasi Kunci Redakan Krisis Rusia-Ukraina

Menlu meminta warga Italia yang ada di Ukraina segera kembali.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang prajurit Ukraina berdiri di tempat penampungan pada posisi di garis pemisah antara wilayah yang dikuasai Ukraina dan wilayah yang dikuasai pemberontak di dekat Zolote, Ukraina, Sabtu, 19 Februari 2022.
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Seorang prajurit Ukraina berdiri di tempat penampungan pada posisi di garis pemisah antara wilayah yang dikuasai Ukraina dan wilayah yang dikuasai pemberontak di dekat Zolote, Ukraina, Sabtu, 19 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio mengatakan, diplomasi adalah kunci untuk meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Dia memperingatkan, peperangan dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan.

“Dialog harus menjadi kunci untuk memecahkan krisis ini. Namun, jelas bahwa kami mengamati operasi Rusia di perbatasan Ukraina dengan sangat prihatin,” kata Maio saat berbicara di pertemuan Dewan Hubungan Luar Negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (21/2/2022), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, para pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) memiliki peran fundamental di Ukraina. Sebanyak 15 pengamat Italia sedang menjalankan misi penting di sana. Maio berharap ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina akan mereda dan solusi diplomatik akan menang. Sebab peperangan bisa menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi Eropa.

Menurut Maio, Kedutaan Besar Italia di Kiev akan terus beroperasi penuh. Kendati demikian, dia meminta warga Italia yang berada di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut. Pada Senin lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, dua wilayah yang berada di timur Ukraina. Putin mengabaikan peringatan Barat bahwa langkah semacam itu ilegal dan dapat menenggelamkan negosiasi damai.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia merusak upaya perdamaian. Dia mengungkapkan, negaranya menginginkan diplomasi sebagai jalan mengakhiri krisis. Namun Zelensky menegaskan, Ukraina pun siap jika harus menempuh jalur lain. “Kami berada di tanah kami sendiri, kami tidak takut pada apa pun dan siapa pun, kami tidak berutang apa pun kepada siapa pun, dan kami tidak akan memberikan apa pun kepada siapa pun,” ujarnya.

Zelensky pun menyerukan pertemuan puncak darurat para pemimpin Ukraina, Rusia, Jerman, dan Prancis. Keempat negara tersebut merupakan penandatangan Perjanjian Minsk 2015. Perjanjian itu bertujuan mengakhiri pertempuran di wilayah timur Ukraina. Zelensky mendesak sekutu Ukraina untuk mengambil tindakan terhadap Rusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement