Ahad 06 Feb 2022 22:32 WIB

Gus Yahya: Mental Maritim Selalu Berprasangka Baik kepada Tuhan

Menanamkan mental maritim untuk membangun peradaban.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengajak menanamkan mental maritim.  Foto Gus Yahya saat memberi sambutan  Harlah ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, kecamatan Komodo, Kebupaten Manggagrai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/2/2022).
Foto: istimewa/doc humas
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengajak menanamkan mental maritim. Foto Gus Yahya saat memberi sambutan Harlah ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, kecamatan Komodo, Kebupaten Manggagrai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak menanamkan mental maritim. Dengan karakter maritim ini, NU punya modal untuk mengarungi perjuangan yang berat,

KH Yahya yang biasa disapa Gus Yahya ini mengatakan, sejak kurang lebih 20 tahun lalu, NU terus melakukan upaya-upaya untuk membangun peradaban. “Ini merupakan bukti bahwa jam’iyyah tersebut memiliki kesadaran untuk membangun peradaban baru,” kata Gus Yahya dalam siaran persnya, Ahad (6/2/2022).

Pernyataan ini disampaikan dalam sambutannya di acara Harlah ke-96 NU di Hotel Meruora Labuan Bajo, kecamatan Komodo, Kebupaten Manggagrai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/2/2022).

Untuk benar-benar bisa membangun peradaban, Gus Yahya mengajak agar NU memiliki karakter masyarakat maritim. Menurutnya, karakter maritim selalu berbaik sangka kepada Tuhan, berbaik sangka kepada sesama manusia, dan mampu akrab dengan alam.

Buktinya, ketika seorang nelayan melaut, ia betul-betul memasrahkan nasib hidupnya kepada Tuhan di tengah hamparan laut yang luas dan sangat berisiko.

Karakter peradaban maritim ini, kata dia, yang akan menjadi modal kekuatan NU dalam menyongsong perjuangan peradaban yang pasti tidak akan mudah."Tapi dengan karakter maritim ini, NU punya modal untuk mengarungi perjuangan yang berat,” jelas Gus Yahya.

Karena alasan inilah, menurut Gus Yahya, salah satu titik Harlah ke-96 NU dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur . Provinsi ini dinilai sebagai miniatur bangsa Indonesia dengan watak maritimnya.

“NTT adalah miniatur Indonesia dan perwujudan dari watak peradaban Nusantara, yaitu watak maritim. Bahwa peradaban Indonesia ini adalah peradaban maritim, masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat dengan karakter maritim,” papar Gus Yahya.

Masyarakat maritim, kata Gus Yahya, juga memiliki watak berbaik sangka kepada sesama manusia. Oleh sebab itu, seorang nelayan senantiasa berbagi kepada siapa saja, tanpa pandang bulu.

Gus Yahya mengingatkan bahwa sudah dari dulu NU telah menjadi begian penting dalam keputusan-keputusan yang diadakan sejak Muktamar pada tahun 1984 ketika Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Ketua Umum PBNU.

Ketika itu NU telah menyatakan punya komitmen untuk berkhidmah bagi semua manusia, bukan terbatas untuk NU atau bangsa Indonesia. Ini yang kemudian diwujudkan dalam trilogi ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ataupun ukhuwah insaniyah.

Kendati demikian, terang Gus Yahya, bukan berarti NU mengabaikan profesi-profesi lain yang ada di Indonesia seperti petani dan pedagang. Sebab, baik petani atau pedangan, semuanya memimiliki watak maritim.

“Petani Indonesia adalah petani maritim, pedagang Indonesia adalah pedagang maritim. Karena semua orang di Indonesia ini menyadari, lingkungan di Nusantara merupakan kepulauan yang dikepung oleh samudera-samudera yang luas,” pungkas Gus Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement