Jumat 04 Feb 2022 08:53 WIB

AS Peringatkan Perusahaan China Jika Siasati Sanksi Ekspor Rusia

Pemerintah AS dan China sepakat mengenai sanksi untuk Rusia jika menginvasi Ukraina.

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi).  Amerika Serikat pada Kamis (3/2/2022) memperingatkan perusahaan-perusahaan China bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi jika berusaha menghindari pengendalian ekspor terhadap Moskow jika Rusia menyerang Ukraina.
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi). Amerika Serikat pada Kamis (3/2/2022) memperingatkan perusahaan-perusahaan China bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi jika berusaha menghindari pengendalian ekspor terhadap Moskow jika Rusia menyerang Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat pada Kamis (3/2/2022) memperingatkan perusahaan-perusahaan China bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi jika berusaha menghindari pengendalian ekspor terhadap Moskow jika Rusia menyerang Ukraina. Hal itu disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price setelah Kementerian Luar Negeri China mengatakan China dan Rusia telah mengoordinasikan posisi mereka di Ukraina dalam pertemuan menteri luar negeri kedua negara di Beijing, Kamis (3/2/2022).

Negara-negara Barat mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan membawa sanksi terhadap Moskow dan Washington mengaku siap untuk menjatuhkan sanksi keuangan dan pengendalian ekspor. Menurut Price, AS memiliki perangkat yang dapat digunakan jika ada perusahaan asing, termasuk di China, berusaha menyiasati atau menghindari sanksi pengendalian ekspor AS terhadap Rusia.

Baca Juga

Pejabat keamanan nasional Gedung Putih Peter Harrell pada Rabu (2/2/2022) mengatakan bahwa Washington sedang menyusun langkah-langkah pengendalian ekspor dengan sekutu mereka di Asia, termasuk Jepang dan Korea Selatan. Price mengatakan Rusia harus memahami bahwa hubungan yang lebih dekat dengan Beijing tidak akan mengurangi konsekuensi yang diberlakukan AS sebagai respons atas invasi.

"Jika Rusia berpikir akan berada dalam posisi untuk mengurangi beberapa konsekuensi itu, dengan berhubungan lebih dekat dengan (China), hal itu tidak terjadi. Ini sebenarnya akan membuat ekonomi Rusia, dalam banyak hal, lebih rapuh," kata Price.

"Jika Anda menyangkal kemampuan untuk bertransaksi dengan Barat, mengimpor dari Barat, dari Eropa, dari Amerika Serikat, Anda akan secara signifikan menurunkan kapasitas produksi dan potensi inovatif Anda."

Price mengatakan Menlu AS Antony Blinken dan Menlu China Wang Yi telah membahas panjang lebar tentang potensi implikasi dari tindakan Rusia terhadap Ukraina lewat telepon pekan lalu.

Kemenlu China mengatakan Wang bertemu dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov, dan menyatakan "pemahaman dan dukungan" China terhadap posisi keamanan Rusia dalam hubungannya dengan AS dan NATO. Kemenlu China juga mengatakan kedua pihak mengoordinasikan posisi mereka pada isu-isu regional yang menjadi perhatian bersama, seperti Ukraina, Afghanistan dan situasi di Semenanjung Korea.

Atas permintaan AS dan Inggris, Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Jumat menyusul peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara akhir pekan lalu. AS telah mendorong lebih banyak sanksi internasional terhadap Korut atas serangkaian uji coba rudal baru-baru ini. 

Namun, bulan lalu China dan Rusia menunda upaya AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korut yang terlibat dalam program senjata negara mereka.Lavrov berada di Beijing bersama Presiden Vladimir Putin, yang akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat sebelum menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement